Rabu, 21 April 2010

kisah Heroik 63 silam di surabaya

Kisah heroik 63 tahun silam di Surabaya, meninggalkan jejak-jejak sejarah yang masih melekat dalam sanubari bangsa. Heroisme dan patriotisme para pahlawan yang hanya bermodal peralatan sederhana, seperti bambu runcing, berani memerangi tentara Sekutu yang bersenjata jauh lebih mutakhir. Para pejuang bangsa tak pernah gentar untuk melawan penjajah. Masih ingat tokoh terkenal Bung Tomo, yang mampu menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siarannya di radio?

Perang di kota Surabaya melibatkan konspirasi pasukan sekutu dengan 30.000 serdadu (26.000 didatangkan dari Divisi ke-5 dengan dilengkapi 24 tank Sherman) dan 50 pesawat tempur dan beberapa kapal perang. Inggris menduga 3 hari Surabaya bisa ditaklukkan, namun kenyataannya memakan satu bulan sampai akhirnya Surabaya kembali jatuh ke tangan sekutu dan NICA.

Rakyat Indonesia marah mendengar konspirasi tersebut sehingga perlawanan terhadap Inggris dan NICA tetap berlanjut yang memuncak ketika pimpinan sekutu wilayah Jawa Timur, Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh 30 Oktober di Surabaya. Inggris dan NICA melalui Mayor Jenderal Mansergh yang menggantikan Mallaby mengultimatum rakyat Indonesia untuk menyerah sampai batas akhir tanggal 10 November pagi hari. Namun di batas ultimatum tersebut rakyat Surabaya menjawabnya dengan meningkatkan perlawanan secara besar-besaran, salah satu pimpinan perlawanan tersebut adalah Sutomo, dikenal sebagai Bung Tomo (yang menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama pada tahun 1995 oleh presiden Suharto, baru tahun 2008 ini akan diangkat secara resmi menjadi Pahlawan Nasional).

Perang ini menimbulkan perlawanan lain di semua kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung sampai dengan aksi membakar kota 24 Maret 1946 dan Mohammad Toha meledakkan gudang amunisi Belanda, Palagan Ambarawa, Medan, Brastagi, Bangka dan lain-lain. Perlawanan ini terus berlanjut, baik dengan senjata maupun dengan negosiasi para pimpinan negeri seperti perjanjian Linggarjati di Kuningan, perjanjian di atas kapal Renville, perjanjian Roem-Royen sampai akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada tahun 1949. Empat tahun revolusi yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, hingga akhirnya momentum 10 November dijadikan Hari Pahlawan. Dari fakta sejarah di atas bisa kita simpulkan, bahwa ancaman pertama kemerdekaan Indonesia bukan hanya Belanda ingin menguasai kembali, namun sekutu yang dipimpin Amerika memiliki kepentingan tersendiri di Indonesia.


BUNG!

Dengan heroisme, kita bangga berbangsa. Apabila tugas memanggil, kita tidak ragu untuk berjuang. Bangsa ini telah membuktikan diri menjadi bangsa pejuang. Melalui perjuangan kemerdekaan yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Lalu perjuangan 10 November 1945 yang berhasil mempertahankan Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, meskipun harus ditebus dengan darah dan jiwa. Bila kita mengenang jasa para pahlawan, selalu menimbulkan keharuan mendalam. Bagaimana tidak, saat itu apalah yang dipunyai? Harta? Pastilah bukan. Keduniawian saat itu bukan issu sama sekali. Tetapi, justru ada harta lain yang lebih bernilai, yakni semangat juang dan kesediaan berkorban untuk satu cita-cita kemerdekaan. Ketika sebutan "BUNG" diteriakkan secara tulus, di antara sesama pejuang dan rakyat, bagaikan magnet yang begitu kuat mengikat batin bapak-bapak kita. Itulah sebenarnya esensi kepahlawanan yang sampai kapan pun tetap akan aktual dan relevan. Semangat juang dan kerelaan untuk berkorban apa saja, harta benda, bahkan jiwa raga.

Lukisan kepahlawanan di medan laga akan selalu menyentuh. Romantikanya banyak kita jumpai dalam lagu-lagu perjuangan, seperti yang banyak terdapat dalam lagu-lagu ciptaan komponis Ismail Marzuki. Selendang Sutra berkisah tentang selendang sutra dari kekasih yang berjasa untuk membalut lengan yang luka parah. Melengkapi pelukisan kepahlawanan, tentu harus juga disebut pahlawan lain yang tidak berasal dari medan laga, tetapi dari medan diplomasi. Kita juga mengakui jasa para pejuang yang berhadapan dengan kekuasaan kolonial di meja perundingan, di Linggarjati maupun di Den Haag. Baik di medan laga maupun di medan diplomasi, para pahlawan kita di masa lalu telah memperlihatkan tekad, keberanian, dan jasa yang luar biasa.
Oleh karena itu, marilah dengan khidmat kita mengenang kebesaran sejarah bangsa kita, Berterima kasih kepada para pahlawan kusuma bangsa, kepada para pendiri republik, kepada para pendahulu dan pemimpin-pemimpin yang sejak kemerdekaan telah memimpin negeri kita. Para pemimpin dan pejuang yang telah menyatukan kedaulatan negeri mulai dari Sabang sampai Merauke. Negeri Indonesia yang tebingkai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita pun bertafakur, melihat masa lalu, mengambil pelajaran, yang baik-baik kita teruskan, tidak baik kita perbaiki.

Tugas anak bangsa saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan nilai-nilai kepahlawanan, dalam mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat telah mengorbankan nyawanya. Jadi, penghormatan kita dengan menundukkan kepala untuk mengenang jasa-jasa mereka. Itulah makna merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November. Akan tetapi kepahlawanan tidak hanya berhenti di sana. Dalam mengisi kemerdekaan pun dituntut untuk menjadi pahlawan. Bukankah arti pahlawan itu adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran? Bukankah makna pahlawan itu adalah pejuang gagah berani? Bukankah makna kepahlawanan tak lain adalah perihal sifat pahlawan seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan? Di sisi lain, banyak juga dari anak bangsa yang mampu melihat kebenaran dari makna kata pahlawan. Hal ini terlihat dari banyaknya tindakan-tindakan yang mencerminkan sifat-sifat kepahlawanan, keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, kesatriaan, panutan, maupun membahagiakan orang lain tanpa mengharapkan gelar sebagai pahlawan.

Di saat negara sedang menuju krisis keuangan global jilid dua, justru dapat kita temui orang-orang yang telah melakukan sifat-sifat kepahlawanan, dan juga sebaliknya. Orang-orang yang seyogianya melakukan sifat-sifat kepahlawanan, malah meninggalkan sifat-sifat itu. Ironisnya mereka yang melakukan sifat kepahlawanan adalah rakyat biasa tak bernama, dan yang meninggalkan sifat kepahlawanan justru mereka yang duduk di piramida atas negeri ini. Sehingga krisis yang melanda negeri kita semakin hebat.

Selain itu, euforia demokrasi pasca reformasi dan otonomi daerah, melahirkan banyak pertikaian di kalangan pemimpin lokal dan rakyat pengikutnya. Pilkada yang mestinya sebagai simbol demokrasi, sayangnya banyak dinodai oleh keonaran dan kemarahan. Saling-ejek, saling-hina, saling-lempar batu yang pada akhirnya menjadi adu phisik yang menimbulkan korban sia-sia. Hal yang lebih menyedihkan kita lagi, apabila pemimpin yang sudah didukung mati-matian oleh rakyat, ternyata bukan pemimpin yang amanah.

Apakah di zaman seperti sekarang ini, kita masih memerlukan pahlawan? Pahlawan seperti apakah yang cocok dengan konteks dewasa kini? Jawabannya adalah kita memerlukan pahlawan. Bangsa ini masih memerlukan sosok pahlawan, sosok yang menjadi panutan. Dengan sifat-sifat kepahlawanan yang ditunjukkan seseorang, apalagi jika dia seorang tokoh yang dikenal masyarakat luas, tentunya sifat-sifatnya akan menyebar, dapat ditularkan pada orang banyak. Karena manusia memiliki kecenderungan untuk meniru. Meniru apapun yang dilakukan oleh seseorang atau yang diidolakannya. Perbuatan meniru ini dapat dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Jika yang ditiru adalah orang-orang yang selalu melakukan kebaikan untuk kepentingan umum, tentu akan menghasilkan lingkungan yang tertib aman dan nyaman. Tetapi jika yang ditiru adalah para petinggi negeri yang tidak amanah, maka semakin hancurlah negeri ini. Itulah sebabnya mengapa penting sekali bagi para pemimpin terpilih untuk memiliki kualifikasi yang baik, karena begitu banyak orang yang dapat meniru tingkah laku mereka.


Makna Pahlawan Zaman Ini

Dari uraian di atas kita dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, memaknai kembali arti kata pahlawan dan siapa saja yang berhak mendapat sebutan pahlawan. Untuk itu perlu jujur pada sejarah negeri ini agar tidak terjadi kebingungan dan misinterpretasi. Bangsa ini harus berani mengakui kebaikan dan keburukan yang memang pernah terjadi di masa lalu. Sehingga sebutan pahlawan tidak lagi semata-mata ditentukan oleh "pahala" atau "dosa" menurut kaca mata penguasa, tetapi menurut nilai-nilai ideal yang ada dalam masyarakat.

Kedua, makna kata pahlawan dalam konteks yang lebih luas. Dalam arti siapa saja, dalam bidang apa pun dan tidak harus sudah meninggal dapat menjadi pahlawan. Semua orang dapat menjadi pahlawan, selama yang dilakukannya adalah hal-hal yang menunjukkan sifat-sifat kepahlawanan, yang bernilai luhur demi kepentingan orang banyak.

Ketiga, sosok pahlawan. Terutama untuk anak-anak yang akan meneruskan kelangsungan hidup negeri ini. Jangan sampai yang mereka lihat hanya pahlawan-pahlawan yang ada di TV semacam Superman, Spider-Man, Fantastic Four, dan Kenshi Himura. Sementara uraian-uraian tentang pahlawan, makna pahlawan, hanya menjadi bahan pelajaran di sekolah. Bersifat sangat tekstual, verbal, dan seremonial tanpa aplikasi. Padahal yang paling penting yang mereka perlukan adalah contoh nyata, pahlawan-pahlawan yang dapat mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring perputaran roda waktu, pergeseran makna pahlawan nampaknya telah meluas menjadi konotasi yang lebih plural. Pahlawan tak terbatas dalam sebuah sosok saja melainkan sebuah gambaran realita yang memberikan kontribusinya juga adanya pengorbanan bagi banyak orang. Seperti seorang petani yang berjasa akan beras bagi kebutuhan pokok bangsa kita, para TKI yang jauh dari sanak saudara dan menyumbangkan devisa bagi negara ini, guru sebagai pahlwan tanpa tanda jasa. Bahkan seorang ibu memegang peranan besar, karena telah melahirkan dan membesarkan orang-orang hebat, dan sosok pahlawan lainnya.

Bagi para pekerja seni, khususnya para penyair, ada analisis Raudal yang mengutarakan, bahwa tema pahlawan telah berkamuflase menjadi sajak sosial di masa sekarang ini. Karena tidak ada patokan dari segi tema secara jelas, maka penempatan tokohnya makin beragam, tak hanya berdiri pada satu sosok melainkan masyarakat pun bisa menjadi pahlawan bila dilihat dari cara pandang yang lain.

Mari kita renungkan yang disampaikan oleh Prof. Taufik Abdullah (2002) budayawan dan mantan Kepala LIPI tentang pahlawan. Prof. Taufik mengungkapkan, bahwa jika perbuatan seseorang merupakan pantulan dari nilai ideal dominan, maka proses kelahiran pahlawan sedang dimulai. Atau apabila merujuk pada beberapa filsuf yang menyatakan bahwa pahlawan adalah seseorang yang sanggup menggugah hati orang banyak. Pahlawan adalah orang besar. Makna sebagai orang besar adalah mereka yang meluhurkan diri mereka sendiri dengan bekerja, demi semua orang tanpa mengharap keuntungan pribadi. Maka, seharusnya banyak sekali tokoh masyarakat yang dapat disebut pahlawan. Bahkan orang tak bernama pun bisa menjadi pahlawan selama dia meluhurkan diri bekerja demi orang banyak.

Sebagai warga bangsa, warga masyarakat, marilah kita laksanakan amanah yang diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Mari kita perbanyak amaliah kita. Mari kita menyatukan semangat, menyatukan tanggung jawab untuk bersama-sama membangun hari esok yang lebih baik. Mari kita terus meningkatkan tali silaturahim di antara kita, bersaudara, bersatu, berbangsa, hidup harmoni, dan penuh toleransi, Kita perkuat semangat kebangsaan kita, semangat dan cinta tanah air, tanah air Indonesia. Kita harus ambil semangat dan nilai-nilai kepahlawanan, sebagai wujud tanggung jawab kita memegang salah satu amanah penting para Founding Fathers yakni, menjaga keutuhan NKRI.

keindahan dan perlawanan

Kanon keindahan adalah mitos, yang dilahirkan oleh suatu konotasi ideologis, yang dari waktu ke waktu telah terus-menerus disempurnakan, sehingga menjadi tonggak dalam sejarah sastra yang tidak bisa dihapuskan lagi—dengan suatu dampak sosial, bahwa bentuknya kemudian menjadi standar keindahan. Bagi para penulis yang telanjur beriman kepada suatu keyakinan atas standar tertentu, di dalam standar itulah terdapat ”substansi” atawa ”esensi” sastra, yang secara metaforik sering disebut sebagai ”roh”.Dampak sosial kepada para penulis ini kemudian berkonsekuensi dengan semakin canggih dan sempurnanya konstruksi estetik tertentu, yang sudah jelas mendapatkan kemuliaannya dalam kesepakatan sebagai apa yang disebut ”sastra”.
Sebagai ilustrasi perbincangan, izinkanlah saya mengambil contoh kasus pantun Melayu. Di Indonesia, cara menulis sajak yang bersanjak itu, yakni pola dua larik pertama sampiran, dua larik kedua ”isi”, dengan akhiran bunyi tiap larik yang ”harmonis” dalam berbagai variasinya (a-b-a-b, a-a-b-b, a-b-b-a) telah mengalami puncak kecanggihannya pula dalam sastra modern, seperti ditunjukkan oleh karya-karya Roestam Effendi dan kemudian Amir Hamzah. Bahwa pantun Melayu tradisional ini saya sebut modern dalam kasus Indonesia karena format sajak yang bersanjak, yakni yang bunyi dan iramanya ”sesuai aturan”, yang biasanya mengelus-elus sistem nilai komunal yang penuh ketundukan kepada ”peraturan” pula, mendadak jadi ungkapan protes sosial dari ”jiwa yang bebas”.
Dalam hal ”ilmu a-b-a-b” ini, meskipun Chairil Anwar yang (pernah) mengabaikan bentuknya, Sutardji Calzoum Bachri yang juga (pernah) bahkan melepaskan kata dari makna, dan Afrizal Malna yang ”memprosakan” bahkan ”me-nonfiksi-kan” puisi, boleh dibilang mengobrak-abrik dan menghancurkan pantun Melayu; tetap saja para penyair yang mengimaninya berhasil menjaga dan menyempurnakan ”pedoman” a-b-a-b ini, meski sudah tidak setia pada ”rumus” sampiran dan isi lagi.
Sajak-sajak yang ditulis Sitor Situmorang, Sapardi Djoko Damono, sampai Nirwan Dewanto, meski tidak dalam keseluruhan karyanya, pada dasarnya (masih) mengukuhkan standar estetik pantun Melayu yang mengutamakan tertib bentuk maupun bunyi itu.

ENERGI SURYA SUDAH SAATNYA KEMBANGKAN PEMERINTAH

Sudah saatnya pemerintah menyediakan anggaran yang cukup untuk pengembangan dan pemanfaatan sel surya, karena Indonesia merupakan negeri katulistiwa yang energi mataharinya melimpah.

"Energi yang tersimpan dalam cahaya matahari, tak memerlukan proses panjang untuk dapat dimanfaatkan dibanding dengan sumber energi yang tersedia saat ini minyak bumi," kata Dr Masno Ginting yang dikukuhkan sebagai Ahli Peneliti Utama oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Jakarta, Senin.

Selain itu, ujarnya, energi matahari tidak akan pernah punah selama matahari bersinar, hal ini berbeda dengan energi BBM yang hanya dalam beberapa puluh tahun lagi akan habis.

Energi matahari, lanjutnya, juga luar biasa besarnya sekitar 1.300 Watt per m2 tetapi yang sampai ke permukaan bumi pada siang hari dengan cuaca cerah rata-rata 1.000 Watt per m2.

Dengan sel surya juga tidak perlu dikhawatirkan perubahan harga bahan bakar minyak yang tergantung keadaan dunia internasional dan memikirkan subsidi BBM serta perubahan anggaran yang disebabkannya.

"Alokasi anggaran diperlukan untuk melengkapi peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi mulai dari bahan dasar yaitu mengubah kwarsa menjadi bahanpolycrystal, single crystal hingga menjadi wafer yang siap untuk memproduksi sel surya," katanya.

Indonesia, ujarnya kaya akan bahan baku dan tak perlu mengimpornya seperti di negara-negara lain yang tak memiliki bahan bakunya. Ia mengakui, biaya konversi energi matahari menjadi listrik dengan jumlah kalori yang dihasilkan sumber energi lain seperti air, angin atau BBM masih belum berimbang.

Sampai pada 2000 dilaporkan untuk pengadaan modul sel surya dengan daya sampai ratusan kilo watt harga sistem per watt energi yang dihasilkan adalah sekitar 4,5 dolar AS, bahkan meski pada 2005 harga modul sistem pembangkit energi dengan sel surya dapat diturunkan menjadi 1 dolar AS per Watt.

Meskipun mahal dibanding sumber energi lainnya, menurut dia, sel surya memiliki kelebihan yakni umur hidup yang sangat lama, mencapai sekitar 10 tahun.

Electronic Commerce: Definisi dan Konsep

Internet berkembang menjadi saluran distribusi global utama untuk produk, jasa, lapangan pekerjaan bidang manajerial dan profesional
Dampaknya mengubah perekonomian, struktur pasar dan industri, produk dan jasa serta aliran distribusinya, segmentasi pasar, nilai bagi konsumen, perilaku konsumen, lapangan pekerjaan dan pasar tenaga kerja
Dampaknya juga terjadi pada masyarakat dan politik, dan perspektif kita terhadap dunia dan diri kita didalamnya.

Tim Delapan Kembali Panggil Chandra M Hamzah

Tim Delapan kembali memanggil pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (nonaktif) Chandra M Hamzah, Jumat (13/11) sore. Keterangan Chandra masih diperlukan untuk melengkapi penyusunan draf rekomendasi akhir tim yang akan diserahkan kepada Presiden, Senin mendatang.

Ketua Tim Delapan Adnan Buyung Nasution mengatakan, Tim masih memerlukan keterangan dari Chandra, Bibit Samad Rianto, dan Antasari Azhar pascaklarifikasi dari tim penyidik Antasari yang datang menemui Tim Delapan, kamis kemarin.

Untuk menyusun rekomendasi yang lengkap, Tim Delapan masih mendapati celah-celah yang harus dilengkapi dari konstruksi fakta dan data yang sudah dilakukan.

Kedatangan Chandra tidak diketahui para jurnalis. Informasi kedatangannya diketahui melalui Sekretaris Buyung, Bunga. Menurut Bunga, Chandra sudah datang sejak pukul 15.00.









Asyiknya Menyaksikan Farah Quinn Beraksi

Koki cantik "Ala Chef" Farah Quinn membuktikan kelihaiannya memasak secara live dalam acara "Chef in Action with Fara Quinn", Jumat (13/11) di Immigrant Plaza Indonesia Jakarta.

Dalam acara tersebut Farah Quinn berduet dengan koki ahli Immigrant, Fany Hermawan menyajikan dua menu yaitu Grilled Chicken Al Horno dan Giger Creme Brulle.

Grilled Chicken Al Horno merupakan perpaduan gaya serta budaya Argentina dan Eropa Selatan dalam mengolah ayam. Farah Quinn bersama Fany Hermawan mempraktikkan cara membuat fillet ayam.
Menu kedua, Ginger Creme Brulle merupakan menu inovasi Farah Quin.
Brulle adalah sejenis makanan penutup berupa krim yang dioven sehingga tampak seperti puding. Menu ini mudah dibuat dan cocok untuk semua umur.

Uniknya, Creme Brulle yang disajikan Farah Quinn memakai vanilla bean, atau biji vanila yang belum menjadi bubuk. "Ini vanilla bean. Indonesia salah satu tempat penghasil vanilla bean. Tapi kita hanya tau bubuk putihnya. It's fantastic, natural harumnya," ujar Farah Quinn.

Acara Chef in Action ini merupakan bagian dari rangkaian acara Food Inspiration at Plaza Indonesia. Pengunjung acara ini dapat menyaksikan kelihaian para ahli kuliner Indonesia sekaligus mencicipi hidangannya.

perkembangan teori akuntansi

Teori akuntansi telah berkembang melalui revolusi yang besar,khususnya selama tahun 1960-an dan tahun 1970-an,dan terus berlanjut sampai tahun 1980-an.Selama periode yang sama ini dan sekitar 50 tahun yang lalu, pemikiran akuntansi juga telah di kembangkan melalui proses evolusi. Perlunya telaah sejarah pemikiran akuntansi berasal dari hubungan dengan masa lalu.
Sebelum tahun 1930, teori akuntansi sebagai suatu pranata penalaran logis yang di rumuskan dengan baik biasanya tidak mendahului praktek akuntansi;jikapun benar, maka sekarangalah hal itu dapat dilakuakan. Akuntansi berkembanga sejalan dengan bertambahnya kebutuhan ,dan perubahan terjadi secara bertahap dalam konsep dan teknik akuntansi. Tetapi prakteknya akuntansi yang baru harus tetap diselaraskan dengan hubungan dan lembaga ekonomi yang berubah serta tujuan akuntansi.

PERKEMBANGAN PRAKTEK DAN PEMIKIRAN AKUNTANSI SEBELUM TAHUN 1930

Perubahan dalam tujuan laporan keuangan mengakibatkan perubahan berikut dalam pemikiran akuntansi :
1. berkurangnya penekenan neraca sebagai laporan nilai dengan lebih menganut konsep
Going-concern(kesinambungan) dari pada konsep likuidasi dan memandang neraca
Sebagai penghubung antara dua perhitungan rugi-laba dan bukan sebaliknya.
2. penekanan semakin meningkat pada perhitungan rugi-laba dan konsep laba (income )
Yang seragam.
3. perlunya penguangkapan enuh (full-disclosure) informasi keuangan yang relevan,
Dengan menyajikan laporan keuangan yang lebih lengkap dan menyajikan laporan
Keuangan yang lebih lengkap dan meningkatkan pengunakan catatan kaki
4. penekanan konsistensi dalam pelaporan,khususnya yang menyangkut perhitungan rugi
Laba. Perubahan ini terdapat dalam literatur dan dalam pernyataan beberapa organisasi
Yang berkempentingan sebelum dan sesudah tahun 1930.

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI SEBELUM TAHUN 1930

Kira-kira sejak tahun 1894, America Association of Public Accountants(pendahulu American Institute of Accountants dan AICPA) membuat resolusi yang menyatakan bahwa urutan penyajian di dalam neraca harus dimulai dari realisasi yang penting realisasi yang paling cepat sampai yang paling lambat yang mengidentifikasikan secara jelas penekenan pada penyajian informasi kepada indikator.

PENGEMBANGAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI OLEH AMERICA INSTITUTE OF CERTIFIED PUBLIC ACCOUNTANTS

Apa yang terkenal di Amerika Serikat sebagai ”generally accepted accounting priciples” (GAAP) sangat dipengaruhi oleh buletin AICPA, khususnya sebelum pembentukan Financial Accounting Standards Board tahun 1973. Sejak tahun 1930-an pengaruh ini merupakan hasil dari laporan komite khusus yang di keluarkan oleh Commitee on Accounting Procedure, Accounting Terminology Bulletins yang dikeluarkan oleh Committee on Terminology, Research Studies dari Accounting Research Division dan Opinions and Statements dari Accounting Principle Board.

Komite-komite khusus

Komite khusus Institute (AIA) menyarankan 5 aturan kepada New York Stock Exchage pada tahun 1933. Aturan ini ikhtisarkan sebagai berikut:

1. laba yang belum direalisasi tidak boleh dikredit ke perkiraan laba,entah secara langsung ataupun tidak langsung. Laba dianggap direaliasi bila penjual terjadi dalam operasi usaha yang biasa kecuali dalam keadaan khusus.
2. Surplus modal tidak boleh digunakan untuk menghilangkan perkiraan laba suatu tahun kecuali dalam reorganisasi atau kuasi reorganisasi.
3. Laba di tahan dari perusahaan anak yang sudah ada sebelum perusaan itu dibeli bukanlah bagian laba ditahan konsolidasi dari perusahaan induk perusahaan anak, demikian pula deviden yang diumumkan dari laba ditahan perusahaan anak tidak boleh kredit secara layak ke perkiraan laba perusahaan induk.
4. Dividen atas saham yang dibeli kembali (treasury stock) tidak boleh di kredit ke laba (income).
5. Piutang dagang atau wesel tagih yang jatuh tempo dari pejabat, pegawai atau perusahaan anak harus ditunjukkan secara terpisah.

Dewan Prinsip Akuntansi (The Accounting Principle Board)

Khususnya selama tahun 1950-an, Committee on Accounting Procedure of the intitue dikritik karena terlalu lamban mempersiapkan pernyataan tertulis prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Juga disadari bahwa komite tersebut tidak mampu menangani perubahan-perubahan utama kelembagaan dalam praktek dunia usaha karena fasilitas penelitian. Mendasari masalah yang dihadapi, Alvin R. Jennings, presiden Institute, bulan Oktober 1957 mengusulkan pembentukan organisasi yang baru untuk menguji asumsi dasar akuntansi, mengidentifikasi prinsip “yang paling baik”, menyiapkan metode baru untuk membimbing dunia industri dan profesi akuntansi. Sebagai hasil pernyataan Jennigs, Special Committee on Research Program ditunjuk bulan Desember 1957. Laporannya pada bulan Desember 1958 menyarankan formasi Accounting Principle Board dan Staf penelitian akuntansi.

Divisi Penelitian Akuntansi (Accounting Research Division)

Usaha-usaha menyiapkan pernyataan lengkap mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang bersifat menyeluruh dibuat dan diserahkan oleh Institute tahun 1939 dan tahun 1949-1950. Tetapi tahun 1959,berdasarkan rekomendasi Special Committee on Research Program, Institute direorganisasi untuk memungkinkan pengembangan “rumusan tertulis prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum sebagai pedoman bagi para anggotanya dan pihak-pihak lainnya. Salah satu tujuan reorganisasi tersebut adalah untuk dapat menyelesaikan masalah luas akuntansi pada 4 tingkat :
1. Penetapan postulat dasar
2. Penetapan prinsip-prinsip yang luas.
3. Menetapkan peraturan atau pedoman lain bagi penerapan prinsip-prinsip dalam situasi khusus.
4. Penelitian
Oleh karena itu,staf permanen penelitian akuntansi didirikan untuk melaksanakan program penelitian tersebut.

Perbedaan utama antara pendekatan ini terhadap penelitian akuntansi serta pengembangan prinsip akuntansi dan pendekatan sebelumnya yang digunakan Institute adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Accounting Research Division dimaksud untuk memperluas ruang lingkupnya dan lebih mengandalkan metode deduktif dalam pengembangan prinsip-prinsip akuntansi serta penerapannya dalam praktek akuntansi.
2. Research Division bekerja sama dengan Accounting Principle Board, tetapi divisi ini dimaksudkan sebagai devisi yang lebih independen daripada Accounting Research Department dalam hubungannya dengan Committee on Accounting Principles sebelum tahun 1960.
3. Research Studies disebarluaskan untk dibahas sebelum di putuskan oleh Accounting Principles Board.
4. Research Studies dimaksudkan untuk memberikan pembahasan terperinci atas masalah yang dihadapi dan disertai dengan penalaran lenkap yang menghasilkan kesimpilan.

Proyek kerangka konseptual

Proyek kerangka konseptual (conceptual framework projeck) FABB dapat dianggap mencerminkan revolusi dala pemikiran akuntansi. Beberapa perubahan berkembang secara bertahap sejak publikasi Paton dan Littleton Monograph tahun 1940. Perubahan lainnya telah diterima umum sejak publikasi APB Statement No. 4 tahun 1970. Beberapa dari perubahan pemikiran akuntansi ini adalah :
1. Penekanan pada tujuan sosial yang luas dari akuntansi
2. Pengakuan pendekatan manfaat keputusan dan memahami pentingnya arus kas dalam proses pengambilan keputusan.
3. Perubahan dasar pendekatan dari konsep penandingan (matching concept) untuk mencari laba ke penekanan pada pengukuran dalam neraca dengan laba yang dikur melalui perubahan neraca.
4. Penekanan pada interpretasi semantik atas elemen laporan keuangan,bukannya menagndalkan definisi prosedural terdahulu.

PERKEMBANGAN PENDEKATAN TEORI ALTERNATIF

Kebanyakan perkembangan pemikiran akuntansi berasal dari penelitian dan tulisan individu atau team dalam masyarakat akademik, dan dari beberapa penulis serta penelitian dalam profesi akuntansi. Literatur akuntansi yang berhubungan dengan teori akuntansi dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Pembahasan kritis mengenai bidang khusus teori atau praktek akuntansi dan menunjukkan penyimpanan tertentu.
2. Artikel dan buku-buku yang menganjurkan teori baru atau teori pendekatan parsial.
3. Usaha untuk merumuskan teori umum akuntasi
4. Penerapan teori dari disiplin lain pada akuntansi
5. Pengujian empiris teori-teori atau teori-teori parsial.

BATASAN PENELITIAN DALAM TEORI AKUNTANSI

Revolusi dalam penelitian dan pemikiran akntansi selama tahun 1970-an dan tahun 1980-an timbul secara besar-besaran karena kenaikan yang pesat dalam jumlah peneliti akuntansi yang komponen dalam teknik penelitian statistik dan kuantitatif serta tersedianya sarana komputer.
Kita tidak dapat menetapkan tren dasar dari penelitian akuntansi pada saat itu, tetapi beberapa dari masalah utama penelitian yang dilakukan pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an dapat diikhtiarkan sebagai berikut:
1. usaha untuk membentuk struktur teori akuntansi yng sepenuhnya terpadu yang dapat mendasari standar akuntansi
2. perluasan penelitian empiritis mengenai sifat angka akuntansi.
3. penelitian mengenai proses pengambilan keputusan setiap individu,khususnya sehubungan dengan penggunaan informasi akuntansi.
4. penelitian mengenai implikasi teori-teori pasar modal yang efisien bagi akuntansi.
5. penelitian mengenai konsekuensi ekonomi dan politik dari standar akuntansi.
6. penelitian mengenai dampak peruabahan dalam lingkungan sosial dan ekonomi terhadap teori dan praktek akuntansi.
7. eksplorasi mengenai aspek-aspek internasional dari akuntansi dan teori akuntansi.


















BAB III
PENDEKATAN NORMATIF DEDUKATIF-KONSEP PENGUKURAN DAN STRUKTUR

Kebijakan akuntansi sekarang ini telah berkembang selama beberapa tahun dalam suatu kerangka yang menerapkan secara implisit atau eksplisit pendekatan normatif-deduktif atau pendekatan induktif-deduktif. Argumen utuk prosedur khusus atau metode pengukuran khusus banyak yang bersifat preskriptif dan karena itu normatif. Argumen ini dimulai dari pengamatan prosedur yang ada atau praktek dunia usaha. Logika deduktif mengikuti beberapa asumsi implisit atau eksplisit. Sering timbul perbedaan dasar antara teori-teori alternatif yang duiuslkan dalam asumsi atau premis.

Balanced Scorecard Sebagai Alternatif untuk Mengukur Kinerja

I. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan pelanggan dan perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam menyebabkan terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang memasuki persaingan tingkat dunia. Hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki keunggulan pada tingkat dunia yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen, mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effevtive (Mulyadi, 1997).
Perubahan-perubahan tersebut mendorong perusahaan untuk mempersiapkan dirinya agar bisa diterima di lingkungan global. Keadaan ini memaksa manajemen untuk berupaya menyiapkan, menyempurnakan ataupun mencari strategi-strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu bertahan dan berkembang dalam persaingan tingkat dunia. Oleh karena itu perusahaan dalam hal ini manajemen harus mengkaji ulang prinsip-prinsip yang selama ini digunakan agar dapat bertahan dan bertumbuh dalam persaingan yang semakin ketat untuk dapat menghasilkan produk dan jasa bagi masyarakat.
Kunci persaingan dalam pasar global adalah kualitas total yang mancakup penekanan-penekanan pada kualitas produk, kualitas biaya atau harga, kualitas pelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, kualitas estetika dan bentuk-bentuk kualitas lain yang terus berkembang guna memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan agar tercipta pelanggan yang loyal (Hansen dan Mowen, 1999). Sehingga meningkatnya persaingan bisnis memacu manajemen untuk lebih memperhatikan sedikitnya dua hal penting yaitu "keunggulan" dan "nilai".
Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusaan, misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.
Pemakaian penilaian kinerja tradisional yaitu ROI, Profit Margin dan Rasio Operasi sebetulnya belum cukup mewakili untuk menyimpulkan apakah kinerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan sudah baik atau belum. Hal ini disebabkan karena ROI, Profit Marjin dan Rasio Operasi hanya menggambarkan pengukuran efektivitas penggunaan aktiva serta laba dalam mendukung penjualan selama periode tgertentu. Ukuran-ukuran keuangan tidak memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan karena tidak memperhatikan hal-hal lain di luar sisi finansial misalnmya sisi pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan (Kaplan dan Norton, 1996).
Dalam akuntansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang proses manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990. Balanced Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang (Mulyadi dan Johny Setyawan, 1999). Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya merupakan ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan lebih bai.

II PENILAIAN KINERJA DAN BALANCED SCORECARD
2.1. Kinerja dan Penilaian Kinerja
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996).
Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.
Adapun kinerja menurut Mulyadi adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi (Mulyadi dan Johny setyawan, 1999).
Penilaaian kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semstinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Dengan adanya penilaian kinerja, manajer puncak dapat memperoleh dasar yang obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan secara keseluruhan. Semua ini diharapkan dapat membentuk motivasi dan rangsangan pada masing-masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien.
Menurut Mulyadi penilaian kinerja dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk:
- Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
- Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawannya seperti promosi, pemberhentian, mutasi.
- Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
- Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengeai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
- Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Adapun ukuran penilaian kinerja yang dapat digunakan untuk manilai kinerja secara kuantitatif (Mulyadi, 1997):
Ukuran Kinerja unggul.
Adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran penilaian. Dengan digunakannya hanya satu ukuran kinerja, karyawan dan manajemen akan cenderung untuk memusatkan usahanya pdada kriteria tersebut dan mengabaikan kriteria yang lainnya, yang mungkin sama pentingnya dalam menentukan sukses tidaknya perusahaan atau bagian tertentu.
Ukuran kinerja beragam.
Adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja. Ukuran kinerja beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria kinerja tunggal. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran kriterianya sehingga manajer diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria.
Ukuran kinerja gabungan.
Dengan adanya kesadaran beberapa kriteria lebih penting bagi perusahaan secara keseluruah dibandingkan dengan tujuan lain, maka perusahaan melakukan pembobotan terhadap ukuran kinerjanya. Misalnya manajer pemasaran diukur kinerjanya dengan menggunakan dua unsur, yaitu provitabilitas dan pangsa pasar dengan pembobotan masing-masing 5 dan 4. Dengan cara ini manajer pemasaran mengerti yang harus ditekankan agar tercapai sasaran yang dituju manajer puncak.
Dalam manajemen tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah ukuran keuangan, karena ukuran keuangan inilah yang dengan mudah dilakukan pengukurannya. Maka kinerja personil yang diukur adalah hanya yang berkaitan dengan keuangan, hal-hal yang sulit diukur diabaikan atau diberi nilai kuantitatif yang tidak seimbang.
Ukuran-ukuran keuangan tidak memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena adanya beberapa metode pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan yang diakui dalam akuntansi, misalnya depresiasi, pengakuan kas, metode penentuan laba, dan sebagainya.
2.2. Balanced Scorecard.
Balanced scorecard merupakan suatu metode penilaian kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu: perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta proses pebelajaran dan pertumbuhan. Dari keempat perspektif tersebut dapat dilihat bahwa balanced scorecard menekankan perspektif keuangan dan non keuangan. Pendekatan Balanced Scorecard dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pokok yaitu (Kaplan dan Norton, 1996):
- Bagaimana penampilan perusahaan dimata para pemegang saham?. (perspektif keuangan).
- Bagaimana pandangan para pelanggan terhadap perusahaan ? (Perspektif pelanggan).
- Apa yang menjadi keunggulan perusahaan? (Perspektif proses internal).
- Apa perusahaan harus terus menerus melakukan perbaikan dan menciptakan nilai secara berkesinambungan? (Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan).
Sehingga apabila digambarkan, balanced scorecard akan memberikan kerangka kerja untuk penerjemahaan strategi ke dalam kerangka operasional sebagai berikut:

Untuk berhasil secara finansial, apa yang harus kita perlihatkan kepada para pemegang saham? Finansial
] Tujuan
] Ukuran
] Sasaran
] Inisiatif


Untuk mewujudkan visi kita apa yang harus diperlihatkan kepada para pelanggan kita ?. Pelanggan
] Tujuan
] Ukuran
] Sasaran
] Inisiatif VISI
DAN
STRATEGI Untuk menyenangkan para pemegang saham dan pelanggan kita. Proses bisnis apa yang harus dikuasai?. Proses bisnis internal
] Tujuan
] Ukuran
] Sasaran
] Inisiatif


Untuk mewujudkan visi kita bagaimana kita memelihara kemampuan kita untuk berubah dan meningkatkan diri?. Pembelajaran dan pertumbuhan
] Tujuan
] Ukuran
] Sasaran
] Inisiatif

Balanced Scorecard memberi kerangka kerja untuk penerjemahan strategi ke dalam kerangka operasional

2.2.1. Konsep Balanced Scorecard.

Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasi konsep tersebut. Kapalan dan Norton, 1996 menyatakan bahwa Balanced scorecard terdiri dari kartu skor (scorecard) dan berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh peronil di masa depan. Melalui kartu skor, skor yang akan diwujudkan personil di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja personil yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Oleh sebab itu personil harus mempertimbangkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan, antara kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja yang bersifat intern dan yang bersifat ekstern jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan.
Balanced scorecard memperkenalkan empat proses manajemen yang baru, yang terbagi dan terkombinasi antara tujuan strategik jangka panjang dengan peristiwa-peristiwa jangka pendek. Keempat proses tersebut adalah (Kaplan dan Norton, 1996):

Menterjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.
Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi perlu dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan di masa mendatang. Untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, perusahaan perlu merumuskan strategi. Tujuan ini menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini kemudian dijabarkan ke dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
Komunikasi dan Hubungan.
Balanced scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham dan konsumen karena oleh tujuan tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu, balanced scorecard menunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari tiga kegiatan:
- Comunicating and educating
- Setting Goals
- Linking Reward to Performance Measures

Rencana Bisnis
Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi saat mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai keunggulannya masing-masing saling bersaing antara satu dengan yang lainnya. Keadaan tersebut membuat manajer mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Akan tetapi dengan menggunakan balanced scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan, akan menggerakkan ke arah tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
Umpan Balik dan Pembelajaran.
Proses keempat ini akan memberikan strategic learning kepada perusahaan. Dengan balanced scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan dapat melaukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek, dari tiga pespektif yang ada yaitu: konsumen, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan untuk dijadikan sebagai umpan balik dalam mengevaluasi strategi. Keempat proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
- Memperjelas dan Menerjemahkan visi dan strategi
o Memperjelas visi
o Menghasilkan Konsensus
- Merencanakan dan Me-netapkan sasaran
o Menetapkan sasaran
o Memadukan inisiatif strategis
o Mengalokasikan sumber daya
o Menetapkan tonggak-tonggak penting
- Mengkomunikasikan dan Menghubungkan
o Mengkominikasikan dan mendidik
o Menetapkan tujuan
o Mengkaitkan imba-lan dengan ukuran kinerja
o
Balanced scorecard
- Umpan Balik dan Pembelajaran Strategis
o Mengartikulasikan isi bersama
o Memberikan umpan balik strategis
o Memfasilitasi tinjauan ulan dan pembela- jaran strategis
Balanced Scorecard sebagai suatu kerangka kerja tindakan strategis

2.2.2.Tolok Ukur dalam Balanced Scorecard.
Perspektif Keuangan (finansial)
Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi akibat keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Tujuan pencapaian kinerja keuangan yang baik merupakan fokus dari tujuan-tujuan yang ada dalam tiga perspektif lainnya. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton dibedakan menjadi tiga tahap:
Growth (Berkembang)
Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang sama sekali atau peling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta mengasuh dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Perusahaan dalam tahap pertumbuhan mungkin secara aktual beroperasi dengan cash flow negatif dan tingkat pengembalian atas modal yang rendah. Investasi yang ditanam untuk kepentingan masa depan sangat memungkinkan memakai biaya yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang mampu dihasilkan dari basis operasi yang ada sekarang, dengan produk dan jasa dan konsumen yang masih terbatas. Sasaran keuangan untuk growth stage menekankan pada pertumbuhan penjualan di dalam pasar baru dari konsumen baru dan atau dari produk dan jasa baru.
Sustain Stage (Bertahan).
Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinbestasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik, Dalam tahap ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembankannya apabila mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan, mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi-stratei jangka panjang. Sasaran keuangan tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.
Harvest (Panen).
Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi mereka. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan eksppansi atau membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan. Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow maksimum yang mampu dikembalikan dari investasi dimasa lalu.
Perspektif Pelanggan.
Pada masa lalu seringkali perusahaan mengkonsentrasikan diri pada kemampuan internal dan kurang memperhatikan kebutuhan konsumen. Sekarang strategi perusahaan telah bergeser fokusnya dari internal ke eksternal. Jika suatu unit bisnis inin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk atau jasa yang bernilai dari biaya perolehannya. Dan suatu produk akan semakin bernilai apabila kinerjanya semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan persepsikan konsumen (Heppy Julianto, 2000). Tolok ukur kinerja pelanggan dibagi menjadi dua kelompok (Budi W. Soejtipto, 1997):
Kelompok Inti
1). Pangsa pasar: mengukur seberapa besar pororsi segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh perusahaan.
2). Tingkat perolehan para pelanggan baru: mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil menarik pelanggan-pelanggan baru.
3). Kemampuan mempertahankan para pelanggan lama: mengukur seberapa banyak perusahaan berhasil mempertahankan pelangan-pelanggan lama.
4). Tingkat kepuasan pelanggan: mengukur seberapa jauh ppelanggan merasa puas terhadap layanan perusahaan.
5). Tingkat profitabilitas pelanggan: mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diraih oleh perusahaan dari penjualan produk kepada para pelanggan.
Kelompok Penunjang.
1). Atribut-atribut produk (fungsi, harga dan mutu)
Tolok ukur atribut produk adalah tingkat harga eceran relatif, tingkat daya guna produk, tingkat pengembalian produk oleh pelanggan sebagai akibat ketidak sempurnaan proses produksi, mutu peralatan dan fasilitas produksi yang digunakan, kemampuan sumber daya manusia serta tingkat efisiensi produksi.
2). Hubungan dengan pelanggan
Tolok ukur yang termasuk sub kelompok ini, tingkat fleksibilitas perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan para pelanggannya, penampilan fisik dan mutu layanan yang diberikan oleh pramunaga serta penampilan fisik fasilitas penjualan.
3). Citra dan reputasi perusahaan beserta produk-produknya dimata para pelanggannya dan masyarakat konsumen.

Perspektif Proses Bisnis Internal.
Menurut Kaplan dan Norton 1996, dalam proses bisnis internal, manajer harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting dimana perusahaan diharuskan melakukan dengan baik karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Tahapan dalam proses bisnis internal meliputi:
Inovasi.
Inovasi yang dilakukan dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian riset dan pengembangan. Dalam tahap inovasi ini tolok ukur yang digunakan adalah besarnya produk-produk baru, lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembangan suatu produk secara relatif jika dibandingkan perusahaan pesaing, besarnya biaya, banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan.
Proses Operasi.
Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tolok ukur yang digunakan antara lain Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE), tingkat kerusakan produk pra penjualan, banyaknya bahan baku terbuang percuma, frekuensi pengerjaan ulang produk sebagai akibat terjadinya kerusakan, banyaknya permintaan para pelanggan yang tidak dapat dipenuhi, penyimpangan biaya produksi aktual terhadap biaya anggaran produksi serta tingkat efisiensi per kegiatan produksi.
Proses Penyampaian Produk atau Jasa pada Pelanggan.
Aktivitas penyampaian produk atau jasa pada pelanggan meliputi pengumpulan, penuimpanan dan pendistribusian produk atau jasa serta layanan purna jual dimana perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan kepada pelanggan yang telalh membeli produknya seperti layanan pemeliharaan produk, layanan perbakan kerusakan, layanan penggantian suku cadang, dan perbaikan pembayaran.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.
Perspektif keempat dalam balanced scorecard mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan tumbuh. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Perspektif keuangan, pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, sistem dan prosedur dengan apa yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kinerja yang handal. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut perusahaan harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling employes. Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah (Kaplan dan Norton, 1996):
Karyawan.
Hal yang perlu ditinjau adalah kepuasan karyawan dan produktivitas kerja karyawan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan perusahaan perlu melakukan survei secara reguler. Beberapa elemen kepuasan karyawan adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan. Produktivitas kerja merupakan hasil dari pengaruh agregat peningkatan keahlian moral, inovasi, perbaikan proses internal dan tingkat kepuasan konsumen. Di dalam menilai produktivitas kerja setiap karyawan dibutuhkan pemantauan secara terus menerus.
Kemampuan Sistem Informasi.
Perusahaan perlu memiliki prosedur informasi yang mudah dipahami dan mudah dijalankan. Tolok ukur yang sering digunakan adalah bahwa informasi yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat dan tidak memerlukan waktu lama untuk mendapat informasi tersebut.
Keunggulan Balanced Scorecard.
Dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja berdasarkan perspektif keuangan, maka balanced scorecard memiliki beberapa keunggulan (Barbara Gunawan, 2000):
Komprehensif.
Balanced scorecard menekankan pengukuran kinerja tidak hanya aspek kuantitatif saja, tetapi juga aspek kealitatif. Aspek finansial dilengkapi dengan aspek customer, inovasi dan market development merupakan fokus pengukuran integral. Keempat perspektif menyediakan keseimbangan antara pengukuran eksternal seperti laba pada ukuran internal seperti pengembangan produk baru. Keseimbangan ini menunjukkan trade off yang dilakukan oleh manajer terhadap ukuran-ukuran tersebut untuk mendorong manajer untuk mencapai tujuan tanpa membuat trade off di antara kunci-kunci sukses tersebut melalui empat perspektif. Balanced scorecard mampu memandang berbagai faktor lingkungan secara menyeluruh.
Adaptif dan Responsif terhadap Perubahan Lingkungan Bisnis.
Pengukuran aspek keuangan tradisional melaporkan kejadian masa lalu tanpa menunjukkan cara meningkatkan kinerja di masa depan. Aspek customer, inovasi dan pengembangan, learning memberikan pedoman terhadap customer yang selalu berubah preferensinya.
Fokus terhadap tujuan perusahaan.
Adapun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada setiap perspektif adalah (Barbara Gunawan, 2000):
Perspektif Keuangan.
Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam pengolahan bisnis dan peningkatan produktivitas yang dikuasai personil.
Perspektif Customer.
Terwujudnya tanggung jawab sosial sehingga perusahaan dikenal secara luas sebagai perusahaan yang akrab dengan lingkungan.
Perspektif Proses Bisnis Internal.
Terwujudnya pelipatgandaan kinerja seluruh personil perusahaan melalui implementasi.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Terwujudnya keunggulan jangka penjang perusahaan lingkungan bisnis global melalui pengembangan dan pemfokusan potensi sumber daya manusia.

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN APLIKASI BALANCED SCORECARD
Dalam penelitian Nomura Research Institute (NRI) Papers No. 45, 1 April 2002 dikemukakan bahwa Jepang sudah beberapa tahun lalu mengintroduksikan pola kerja balance scorecard (BSC) terhadap lebih dari 20 perusahaan (Morisawa, 2002:3). Dari hasil penelitiannya, NRI dapat memberi kesimpulan bahwa berdasarkan pengalaman-pengalaman perusahaan yang menerapkan pengukuran kinerja dengan balanced scorecard tersebut merasakan bahwa balanced scorecard memang memiliki keunggulan yang dirangkum menjadi lima point sebagai berikut:
Balanced scorecard dapat digunakan untuk melakukan perbaikan keseimbangan di antara sasaran-sasaran jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Dapat menciptakan pemahaman strategi perubahan dengan menyusun atau menetapkan indikator-indikator non-finansial kuantitatif disamping indikator-indikator finansial.
Mengurangi keragu-raguan atau kekaburan dengan tetap menjaga indikator-indikator non finansial kuantitatif.
Mempromosikan proses pembelajaran organisasi melalui suatu pengulangan siklus hipotesis verifikasi.
Memperbaiki platform strategi komunikasi secara umum dalam organisasi yang mencerminkan keterkaitan antara pimpinan dan bawahan. NRI mengemukakan salah satu contoh kasus yang spektakuler tentang keberhasilan penerapan Balanced scorecard yang berimplikasi pada perbaikan kinerja perusahaan seperti yang dialami oleh perusahaan KANSAI ELECTRIC POWER CO. LTD, perusahaan terbesar kedua di Jepang yang memproduksi dan mensuplai kebutuhan listrik di Jepang. Perusahaan ini memperkenalkan cara kerja baru yang disebut "Linked Contract" yang kinerjanya diukur dengan Balanced Scorecard.
Murphy and Russel (2002:2) menemukan bahwa penggunaan Balanced Scorecard dapat menggantikan Costumer Relationship Management (CRM) Strategi, yakni suatu strategi dimana perusahaan mencoba mengelola hubungan yang baik dengan para pelanggan untuk menciptakan nilai tambah untuk para pelanggan dan untuk perusahaan itu sendiri. Hal ini ditunjukkan bahwa lebih dari setengah proyek-proyek CRM tidak menghasilkan nilai tambah apapun bagi perusahaan, dan 50% dari CRM Strategy tetap saja mengalami kegagalan dalam penerapannya di dunia bisnis, namun Balanced Scorecard dapat menggantikannya.
R. Abdul Haris dalam penelitiannya terhadap 64 BUMD di Jawa Timur menemukan bahwa kinerja BUMD tergolong baik, terutama perspektif keuangan yang seluruh indikatornya (pertumbuhan pendapatan, efisiensi biaya, peningkatan laba dan pemanfaatan aktiva/ strategi investasi). Namun ditemukan pula adanya beberapa perspektif yang perlu dibenahi yaitu: perspektif pelanggan yakni pencapaian kuantitas produksi serta pangsa pasar yang dimiliki, perspektif proses bisnis internal yakni jaringan hubungan dengan pemasok dan pengendalian kualitas, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yakni peningkatan kinerja dan pemenuhan kebutuhan karyawan.

IV. KESIMPULAN
Dalam menilai kinerja suatu perusahaan, ukuran-ukuran keuangan saja dinilai kurang mewakili. Hal ini disebabkan karena ukuran-ukuran keuangan memiliki beberapa kelemahan yaitu (Mulyadi, 1997): Pendekatan finansial bersifat historis sehingga hanya mampu memberikan indikator dari kinerja manajemen dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan kearah yang lebih baik. Pengukuran lebih berorientasi kepada manajemen operasional dan kurang mengarah kepada manajemen strategis. Tidak mampu mempresentasikan kinerja intangible assets yang merupakan bagian struktur aser perusahaan.
Balanced scorecard dapat digunakan sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang lebih komprehensif dan tidak hanya bertumpu pada pengukuran atas dasar perspektif keuangan saja. Hal ini terbukti dengan adanya manfaat-manfaat yang dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkannya.

Pengertian deviden

Kebijakan Dividen
1 teori kebijakan deviden
Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan deviden adalah smoothing theory, clientele effect theory, tax preference theory, dividend irrelevance theory, bird in the hand theory, residual theory of dividens, teori signal atau isi informasi dividen (information content of dividend).
a) Smoothing Theory
Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Teori ini mengatakan bahwa jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya.
b) Clientele Effect Theory
Teori ini diungkapkan oleh Black and Scholes. Teori mengatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijaksanaan dividen perusahaan. Sebagai contoh, kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Menurut teori ini dividen tertentu akan menarik segmen tertentu kemudian tugas perusahaan (manajemen keuangan) adalah melayani segmen tersebut. Kebijakan dividen yang berubah-ubah akan mengacaukan efek klien tersebut, menyebabkan harga saham berubah.
c) Tax preference theory
Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen tidaklah tax deductible. Teori ini merujuk kepada pengenaan pajak yang diberlakukan bagi setiap investor yang mendapat capital gain atau dividen. Pada umumnya besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, dimana pajak untuk dividen lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain. Selain itu, pajak atas capital gain baru dapat dibayar jika capital gain telah direalisasi. Dengan demikian, apabila investor tidak segera merealisasikan capital gain-nya, berarti investor menunda pembayaran pajaknya. Sudah tentu present value (PV) pembayaran pajaknya akan turun. Dengan dua alasan ini (pajak lebih rendah serta dapat ditundakan) maka Litzenberger dan Ramaswarny (1979) menyatakan pandangan negatif dividen bagi value perusahaan.
d) Dividend Irrelevance Theory
Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani dalam papernya Dividend Irrelevance Preposisition. Paper tersebut menjelaskan bahwa dalam dunia pajak, dan tidak diperhitungkannya biaya transaksi serta dalam kondisi pasar yang sempurna, maka kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh apapun pada harga pasar saham tersebut. Menurut MM kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan.
e) Bird in the Hand Theory
Teori ini mengatakan pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital gain diterima di masa mendatang. Gordon mengemukakan bird in the hand theory yang mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai dividen di masa depan (it can fly away).


f) Residual Theory Of Dividens
Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: a) mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan, b) mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi, c) memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin dan, d) membayar dividen hanya jika ada sisa laba.
Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang mempunyai NPV (Net Present Value) positif.
g) Teori Signal atau Isi Informasi Dividen (Information Content Of Dividend)
Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Ada argumen lain yang lebih masuk akal. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dividen. Menurut teori ini, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang.
h) Agency Theory
Menurut teori ini konflik terjadi pihak-pihak yang berkaitan di perusahhan. Sebagai contoh, manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan agar tujuan pemegang saham bisa tercapai., tetapi manajer bisa saja mempunyai agenda tersendiri yang tidak selalu konsisten dengn tujuan pemegang saham, misalnya perusahaan mempunyai kelebihan kas dengan NPV positif (free cash flow), yang didefenisikan sebagai kelebihan kas setelah semua investasi dengan NPV positif didanai). Kas tersebut akan lebih baik jika dibagikan ke pemegang saham, dan pemegang saham akan memanfaatkan kas tersebut dengan cara mererka tersendiiri.
Selain itu digunakan juga teori keuangan. Teori keuangan akan menjelaskan bagian yang akan dibagikan oleh perusahaan sebagai dividen bagi para pemegang saham.
i) Teori Keuangan
Menurut teori keuangan, dividen (atau investasi kembali) tidak sama dengan laba setelah pajak. Dalam teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen bisa dinyatakan sebagai berikut:
D = E + Penyusutan – Investasi pada A.T – Penambahan M.K
Keterangan:
D = Dividen,
E = Earning After Tax (Laba Setelah Pajak),
A.T = Aktiva Tetap,
M.K = Modal kerja.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai dividen merupakan kelebihan dana yang diperoleh dari operasi perusahaan (yaitu E + penyusutan) diatas keperluan investasi untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang (yaitu investasi aktiva tetap dan modal kerja). Hanya saja, untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa investasi pada aktiva tetap akan diambilkan dari dana penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah (sehingga tidak perlu menambah modal kerja). Apabila asumsi ini dipergunakan, maka bisa dimengerti kalau besarnya dividen ditentukan oleh laba setelah pajak (E) dan maksimal dividen yang bisa dibagikan adalah sama dengan E. Itulah mengapa EAT digunakan sebagai ukuran jumlah maksimal dana yang dibagikan sebagai dividen.
2 Faktor -faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden
faktor yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen , adalah :
a) Perjanjian Hutang pada umumnya perjanjian hutang antara paerush dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan dan atau rasio – rasio keuangan menunjukkan bank dalam kondisi sehat.
b) Pembatasan dari saham Preferen , tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferan belum dibayar.
c) Tersedianya Kas, Dividen berupa uang tunai ( cash dividend ) hanya dapat dibayar jika tersedianya uang tuani yang cukup. Jika likuiditas baik, perusahaan dapat membayar dividen.
d) Pengendalian , Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, ia cenderung untuk segan menjual saham baru sehingga lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana / baru. Akibatkanya dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi penting pada perusahaan yang relatif keci.
e) Kebutuhan dana untuk Investasi , Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek – proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri ( equity ) dapat berupa penjualan sham baru dan laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham ( flotation cost ) . Oleh karena itu semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividen payout ratio.
f) Fluktuasi Laba, Jika laba perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba – tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak menggunakan hutang guna mengurangi risiko kebangkrutan. Konsekuensinya laba ditahan menjadi besar dan dividen mengecil.

pengertian Arus Kas

Arus kas
1. Pengertian Laporan Arus kas
Laporan arus kas adalah salah satu laporan keuangan yang dibutuhkan dalam semua laporan tahunan perusahaan publik. Laporan arus kas menunjukkan tentang informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari kegiatan operasional, menjaga dan mengembangkan kapasitas operasional, memenuhi kewajiban keuangan dan membayar dividen
Pengertian laporan arus kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.2 (2007) adalah sebagai berikut : “Informasi tentang arus kas suatu perusahaan yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut “ (hlm 2.1).
Sedangkan pengertian laporan arus kas menurut Stice , Stice dan Skousen (2004) adalah : “Laporan arus kas (statement of cash flow) menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas (cash equivalent) dalam periode tertentu“ ( hlm 319).
Jadi dalam menyajikan laporan arus kas harus dilaporkan arus kas selama periode tertentu. Dalam mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi , aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan pemakai laporan dapat mengetahui dan menilai dari mana kas dan setara kas perusahaan selama ini.
2. Konsep Penyusunan laporan arus kas
1) Laporan keuangan yang mendukung laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang harus dibuat perusahaan. Laporan ini merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaimana mereka membelanjakannya.
Menurut Kieso dan Weygandt (2002) informasi untuk menyiapkan laporan ini biasanya berasal dari tiga sumber, yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Neraca komparatif, menyajikan jumlah perubahan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari awal hingga akhir periode.
b) Laporan laba rugi periode berjalan, berisi data yang membantu pembaca menentukan jumlah kas yang diterima dan atau digunakan oleh operasi selama periode berjalan.
c) Data transaksi tertentu, dari buku besar umum memberikan informasi tambahan terinci yang dibutuhkan untuk menentukan bagaimana kas diterima dan digunakan selam periode berjalan. (hlm 376).
2) Penentuan arus kas dari aktivitas operasi
Salah satu informasi paling penting yang dilaporkan pada arus kas yang disediakan (atau digunakan) oleh aktivitas-aktivitas operasi pengaruh kas dari transaksi yang dilibatkan dalam penentuan laba bersih, seperti penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, serta pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan untuk memperoleh persediaan serta membayar beban.
Menurut standar akuntansi keuangan No.2 (2007), perusahaan harus melaporkan arus kas operasi dengan salah satu metode berikut :
a) Metode langsung
Yaitu dengan mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan dan pengeluaran kas bruto. Perusahaan dianjurkan untuk menggunakan metode langsung karena dengan metode-metode ini dapat menghasilkan instrument yang berguna dalam estimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung.
b) Metode tidak langsung
Yaitu dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dengan cara mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pengeluaran untuk operasi masa lalu atau masa depan, unsur penghasilan atau beban yang berhubungan dengan akuntansi investasi dan pembiayaan.
Arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :
1) Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan.
2) Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan, serta hak minoritas dalam laba atau rugi konsolidasi.
3) Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
3) Penentuan arus kas dari aktivitas investasi
Tahap berikutnya dalam penyusunan laporan arus kas adalah menentukan arus kas dari aktivitas investasi. Kegiatan investasi umumnya melibatkan aktiva jangka panjang dan mencakup :
a) Pemberian serta penagihan pinjaman
b) Perolehan serta pelepasan investasi dan aktiva produktif jangka panjang
Arus masuk kas mencakup penjualan aktiva tetap, penjualan surat berhaga yang berupa investasi, penagihan pinjaman jangka panjang (tidak termasuk bunga jika ini merupakan investasi) dan penjualan aktiva lainnya yang digunakan dalan kegiatan produksi (tidak termasuk persediaan).
Arus keluar kas terutama digunakan untuk pembelian aktiva tetap, pembelian investasi jangka panjang, pemberian pinjaman pada pihak lain dan pembayaran untuk aktiva yang digunakan dalam kegiatan produktif.
4) Penentuan arus kas dari aktivitas pembiayaan
Kegiatan pembiayaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemegang saham serta mencakup :
a) Perolehan kas dari kreditor dan pembayaran kembali pinjaman.
b) Perolehan modal dari pemilik dan pemberian tingkat pengembalian atas pengembalian dari investasinya.
Arus masuk kas mencakup pengeluaran saham, pengeluaran wesel, penjualan obligasi, pengeluaran hipotik dan lain-lain. Arus kas keluar terutama digunakan untuk pembayaran dividen d an pembagian lainnya yang diberikan kapasa pemilik, pembelian saham pemilik kembali (treasury stock), pembayaran hutang pokok dana yang dipinjam (tidak termasuk bunga karena dianggap sebagai kegiatan operasi).

kosep laba

Konsep laba
1) Konsep laba pada tingkat sematik
Konsep ini ditelaah melalui hubungannya dengan realita ekonomi. Konsep ini terdiri dari dua konsep ekonomi yaitu konsep perubahan kesejahteraan dan maksimalisasi laba.
a. Konsep perubahan kesejahteraan (pemeliharaan modal)
Pada konsep ini laba di definisikan sebagai jumlah yang dapat diberikan perusahaan kepada pemegang saham, sehingga tingkat kesejahteraan mereka pada akhir periode minimal sama dengan awal periode.
b. Konsep memaksimalkan laba
Pada konsep ukuran paling umum untuk pencapaian laba maksimal adalah tingkat efisiensi manajemen dalam mengelola perusahaan.
2) Konsep laba pada tingkat sintaksis
Pada tingkat ini laba dihubungkan dengan konversi (kebiasaan) dan aturan logis serta konsistensi dengan berdasar pada premis dan aturan yang berkembang dari praktek akuntansi yang ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba yaitu:
a) Pendekatan transaksi
Pendekatan transaksi merupakan pendekatan konvesional yang banyak digunakan para akuntan. Pada prinsipnya pendekatan ini mencatat perubahan nilai aktiva dan kewajibannya yang diakibatkan dari suatu transaksi baik transaksi eksternal maupun transaksi internal. Prosedur yang lazim dari pendekatan transaksi ini adalah mencatat pendapatan dan biaya pada saat terjadinya berdasarkan transaksi eksternal.
Pendekatan transaksi menurut Ghozali dan Chariri (2007:351) memiliki beberapa kebaikan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Komponen laba dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya : atas dasar produk atau konsumen.
2) Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi.
3) Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada pada akhir periode.
4) Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi eksternal untuk berbagai tujuan.
5) Berbagai laporan keuangan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang lainnya.
b) Pendekatan kegiatan
Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksananakan. Jadi laba bias timbul pada tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan, dan pengumpulan kas. Pendekatan kegiatan lebih menitikberatkan pada penjelasan suatu kejadian atau aktivitas perusahaan dari pada pelaporan suatu transaksi dan tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar.
Kebaikan dari pendekatan kegiatan ini menurut Ghozali dan Chariri (2007:352) sebagai berikut:
a) Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha memperoleh capital gain.
b) Efisiensi manajemen dapa diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tangung jawab manajemen.
c) Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda.

Kamis, 08 April 2010

biografi filosofi karl max

Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. ayahnya, seorang pengacara, menafkai keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari pendeta yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan isnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, Universitas yang sangat di pengaruhi oleh Hegel dan guru - guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis. Gelar doktor Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian.

Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian di tutup pemerintah. Esai – esai awal yang di terbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah pendirian yang membiumbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas di taburi prinsip-prinsip demokrasi , ia menolak keabstrakat filsafat hegelian, mimpi naif komunis utopiadan gagasan aktivis yang mendesak apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasn aktivis ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidup sendiri.

Upaya praktis, bahkan dalam mengarahkan massa sekalipun, akan di jawab dengan meriam saat upaya itu di anggap berbah. tetapi, gagasan yang dapat mengarahkan intelektual kitadan yang menaklukkan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan kita, merupakan belenggu – belenggu di mana seorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengna menyerah kepada Marx (Marx, 1842/1977;20)

Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan jerman untuk dapt suasana yang lebih libaral di Paris. Di Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian, sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentuka orientasi intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan kolabolatornyayakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels anak penguasa pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisis kehidupan yang di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx kesengsaraan kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah CafĂ© terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata ”kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua budang teori menjadi nyata….dan perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu”(McLellan, 1993:131) di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya the condition Of The Working Class in England. Selama periode itu Marx menerbitkan sejumlah karya yang sangat sukar di pahami (kebenyakan belum di terbitkan semasa hidupnya) termasuk the Holy Family dan The German ideology (di tulis bersama Engels)dan ia pun menulis the economic and philosophic manuscripts 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi main meningkat.

Meski Marx dan Engels mempunya orientasi teoritis yang sama, namun ada juga beberapa perbedaan di antara mereka. Marx cenderung menjadi seorang intelektual teoritis yang kurang teratur dan sangat berorientasi kepada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, rapi dan pengusaha teratur dan orang yang tak percaya pada lembaga keluarga. Meski mereka berbeda, Marx dan Engels menempa kerja sama yang akrab sehingga mereka berkolabirasi menulis buku dan artikel dan bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahka Engels membantu membiayai Marx selama sisa hidupnya sehingga memungkinkan marx mencurahklan perhatiannya pada kegiatan intelektual dan politiknya.
Meski ada asosiasi erat antara nama Marx dan Engels, namun Engels menjelaskan bahwa ia teman junior;
Marx mampu berkarya sangat baik tanpa aku. Aku tidak pernah mencapai prestasi seperti yang di capai Marx. Pemahaman Marx lebih tinggi, pengalamannya lebih jauh dan pandangannya lebih luas serta cepat ketimbang aku. Marx adlah jenius(Engels, di kutip dalam McLellan,1973;131-132)

Banyak yang percaya bahwa Engels gagal memahami berbagai seluk beluk Marx. Setelah Marx meninggal, Engels menjadi juru bicara utama bagi teori marxian dan dalam berbagai cara menyimpangkan dan terlalu menyerderhanakannya, meski ia tetap setia terhadap perspektif politik yang ia tempa bersama Marx.
Karena beberapa tulisannya telah menggangu pemerintahan prusia, pemerintah perancis(atas permohonan prusia)mengusir Marx tahun 1845 dan karenanya Marx pindah ke Brussel. Radikelismenya meninggkat dan ia menjadi anggota aktif di bidang gerakan revolusioner internasional. Ia pun bergabung dengan liga komunis dan bersama Engels diminta menulis anggaran dasar liga itu, hasilnya adalah manifestor komunis 1848, sebuah karya besar yang di tandai oleh slogan-slogan politik yang termasyur (misalnya ‘kaum burh seluruh dunia bersatulah’!!).

Tahun 1849 ia pindah ke london dan, mengingat kegagalan revolusi politik tahun 1848, ia menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralis ke kegiatan rsiset yang lebih rinci tentang peran sistem ka[pitalis. Study ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku das kapital.jilid pertama di terbitkan tahun 1867; kedua jilid yang lainya di terbitkan sesudah ia meninggal. Selama riset dan menulis itu ia hidup dalam kemiskinan, membiayai hidupnya secara sederhana dari honorarium tulisannya dan bantuan dana dari Engels. Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan politik, bergabung dengan ‘The Internasional’, sebuah gerakan buruh internasio nal. Ia segera menonjol dalam gerakan itu dan mencurahkan perhatian selama beberapa tahun untuk gerakan itu. Ia mulai mendapat popularitas, baik sebagai pimpinan internasional maupun sebagai penulis des kapital. Perpecahan gerakan internasional tahun 1876, kegagalan dari berbagai gerakan revolusioner dan penyakit – penyakit, akhirnya membuat Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881 dan anak perempuannya tahun 1882 dan Marx sendiri wafat di tahun 1883.

biografi filosofi james

ames Watt (Greenock, Skotlandia, 19 Januari 1736 – Birmingham, Inggris, 19 Agustus 1819) ialah seorang insinyur besar dari Skotlandia, Britania Raya. Ia berhasil menciptakan mesin uap pertama yang efisien. Ternyata mesin uap ini merupakan salah satu kekuatan yang mendorong terjadinya Revolusi Industri, khususnya di Britania dan Eropa pada umumnya. Untuk menghargai jasanya, nama belakangnya yaitu Watt digunakan sebagai nama satuan daya, misalnya daya mesin dan daya listrik.

James Watt, orang Skotlandia yang sering dihubungkan dengan penemu mesin uap, adalah tokoh kunci Revolusi Industri. Sebenarnya, Watt bukanlah orang pertama yang membikin mesin uap. Rancangan serupa disusun pula oleh Hero dari Iskandariah pada awal tahun Masehi. Di tahun 1686 Thomas Savery membikin paten sebuah mesin uap yang digunakan untuk memompa air, dan di tahun 1712, seorang Inggris Thomas Newcomen, membikin pula paten barang serupa dengan versi yang lebih sempurna, namun mesin ciptaan Newcomen masih bermutu rendah dan kurang efisien, hanya bisa digunakan untuk pompa air dari tambang batubara.

Watt menjadi tertarik dengan ihwal mesin uap di tahun 1764 tatkala dia sedang membetulkan mesin ciptaan Newcomen. Meskipun Watt cuma peroleh pendidikan setahun sebagai tukang pembuat perkakas, tetapi dia punya bakat pencipta yang besar. Penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukannya terhadap mesin bikinan Newcomen begitu penting, sehingga layaklah menganggap sesungguhnya Wattlah pencipta pertama mesin uap yang praktis.

Keberhasilan Watt pertama yang dipatenkannya di tahun 1769 adalah penambahan ruang terpisah yang diperkokoh. Dia juga membikin isolasi pemisah untuk mencegah menghilangnya panas pada silinder uap, dan di tahun 1782 dia menemukan mesin ganda. Dengan beberapa perbaikan kecil, pembaruan ini menghasilan peningkatan efisiensi mesin uap dengan empat kali lipat atau lebih. Dalam praktek, peningkatan efisiensi ini memang merupakan hasil dari suatu kecerdasan namun tidaklah begitu merupakan peralatan yang bermanfaat dan bukan pula punya kegunaan luar biasa ditilik dari sudut industri.

Watt juga menemukan (di tahun 1781) seperangkat gerigi untuk mengubah gerak balik mesin sehingga menjadi gerak berputar. Alat ini meningkatkan secara besar-besaran penggunaan mesin uap. Watt juga berhasil menciptakan pengontrol gaya gerak melingkar otomatis (tahun 1788), yang menyebabkan kecepatan mesin dapat secara otomatis diawasi. Juga menciptakan alat pengukur bertekanan (tahun 1790), alat penghitung kecepatan, alat petunjuk dan alat pengontrol uap sebagai tambahan perbaikan lain-lain peralatan.

Watt sendiri tidak punya bakat bisnis. Tetapi, di tahun 1775 dia melakukan persekutuan dengan Matthew Boulton, seorang insinyur, dan seorang pengusaha yang cekatan. Selama dua puluh lima tahun sesudah itu, perusahaan Watt dan Boulton memproduksi sejumlah besar mesin uap dan keduanya menjadi kaya raya. Mesin uap bekerja ganda penemuan Watt tahun 1769 Memang sulit melebih-lebihkan arti penting mesin uap. Sebab, memang banyak penemuan-penemuan lain yang memegang peranan penting mendorong berkembangnya Revolusi Industri. Misalnya, perkembangan dunia tambang, metalurgi, dan macam-macam peralatan mesin. Sekoci yang meluncur bolak-balik dalam mesin tenun (penemuan John Kay tahun 1733), atau alat pintal (penemuan James Hargreaves tahun 1764) semuanya terjadi mendahului kreasi Watt. Sebagian terbesar dari penemuan-penemuan itu hanyalah merupakan penyempurnaan yang kurang berarti dan tak satu pun punya arti vital dalam kaitan dengan bermulanya Revolusi Industri. Lain halnya dengan penemuan mesin uap yang memainkan peranan penting dalam Revolusi Industri, yang tampaknya keadaan akan mengalami bentuk lain. Sebelumnya, meskipun tenaga uap digunakan untuk kincir angin dan putaran air, sumber pokok tenaga mesin terletak pada tenaga manusia. Faktor ini amat membatasi kapasitas produksi industri. Berkat penemuan mesin uap, keterbatasan ini tersingkirkan. Sejumlah besar energi kini dapat disalurkan untuk hal-hal yang produktif yang menanjak dengan teramat derasnya. Embargo minyak tahun 1973 membuat kita sadar betapa sengsaranya jika bahan energi berkurang dan mampu melumpuhkan industri. Pengalaman ini, pada tingkat tertentu, mendorong kita membayangkan arti penting Revolusi Industri berkat penemuan James Watt.

Di samping manfaat tenaga untuk pabrik, mesin uap juga punya guna besar di bidang-bidang lain. Di tahun 1783, Marquis de Jouffroy di Abbans berhasil menggunakan mesin uap untuk penggerak kapal. Di tahun 1804, Richard Trevithick menciptakan lokomotif uap pertama. Tak satu pun dari model-model pemula itu berhasil secara komersial. Dalam tempo beberapa puluh tahun, barulah baik kapal maupun kereta api menghasilkan revolusi baik di bidang pengangkutan darat maupun laut.

Revolusi Industri berlangsung hampir berbarengan dengan Revolusi Amerika maupun Perancis. Meskipun waktu itu tampaknya sepele, kini tampak jelas betapa Revolusi Industri itu seakan digariskan mempunyai makna jauh lebih penting untuk peri kehidupan manusia ketimbang arti penting revolusi politik. James Watt, oleh sebab itu tergolong salah seorang yang punya pengaruh penting dalam sejarah.

filosofi ekonomi dunia

Bicara mengenai kondisi ekonomi global, tidak bisa lepas begitu saja dari peranan negara-negara Asia, khususnya China. China adalah Negara besar dengan tradisi yang luar biasa di masa lalu maupun di masa yang akan datang. Barangkali dengan kita belajar mengenai China, akan memberikan pelajaran yang sangat penting yang kita tidak akan dapatkan di masyarakat lainnya di dunia.

Dalam usaha pemerintah AS untuk memberikan rencana bailout kepada system finansial Amerika, usaha pemerintahan Bush ini mengingatkan kembali kejadian the Great Depression di tahun 1930an. Akan tetapi untuk masyarakat Asia kehancuran ekonomi masih terdengar belum lama. Krisis finansial yang terjadi 10 tahun yang lalu membawa perbankan, korporasi dan pemerintahan dalam kehancuran. Krisis yang dimulai oleh kolapsnya mata uang Bath Thailand di pertengahan tahun 1997. Kemudian meluas ke belahan Asia timur lainnya dengan imbas terjadinya devaluasi mata uang Asia hingga mencapai Rusia dan Brazil. Kesinambungan “keajaiban ekonomi” di Korea Selatan dan Hong Kong telah berakhir begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Thailand.

Pelajaran penting yang dapat diambil dari krisis tersebut adalah melakukan penimbungan cadangan devisa. Hal ini menjadi semacam kepercayaan pada pemerintahan di Asia Timur. Di tahun 1990an, pertumbuhan ekonomi Asia yang cepat hanya memiliki cadangan yang kecil, walaupun pada saat itu ekspor dan investasi asing sangat pesat perkembangannya. Ketika krisis datang di tahun 1997, kekurangan cadangan devisa mempersulit kemampuan pemerintah Asia untuk menyelamatkan perbankan, memaksa mereka untuk memohon pertolongan dari institusi internasional.

Akan tetapi bailout dari IMF datang dengan banyak persyaratan termasuk paksaan untuk liberalisasi pasar modal yang pada akhirnya menyebabkan krisis makin memburuk. Bahkan negara-negara barat memberikan sebuah “panggilan” krisis finansial Asia sebagai Krisis IMF, kegagalan pemerintah dan keputusasaan ekonomi bersama IMF secara vital mengkonfirmasi pentingnya mempertahankan cadangan devisa dalam jumlah besar, sebuah masalah tidak hanya menjaga kestabilan mata uang, akan tetapi juga kemerdekaan ekonomi sebuah Negara.

Satu Negara di Asia yang tidak terimbas oleh krisis finansial pada tahun 1997-1998 adalah China. Banyak alasan mengapa hal ini terjadi terutama pada saat itu China sudah memiliki cadangan valuta asing sebesar 100 Miliar US Dollar dan menolak untuk merevaluasi mata uangnya ketika krisis menyerang.
Sejak itu China secara agresif mendorong perkembangan ekonomi yang pesat, ekspor, dan model investasi untuk pembangunan ekonomi melalui pematokan mata uangnya dan memproduksi lebih banyak dari pada mengkonsumsi, cadangan devisa China bertumbuh menjadi monster menyentuh angka 1 Triliun US Dollar di tahun 2005. Bahkan ketika China mendapatkan tekanan dari menteri keuangan AS untuk membiarkan mata uang Yuan mengambang terbatas di tahun 2005, cadangan devisa ini tumbuh hingga 200 Miliar US Dollar per tahun. Dan 1.5 tahun belakang ini cadangan devisa China meroket hingga 1.8 Triliun US Dollar dan menjadi yang terbesar di dunia.

Namun menjadi paradox ketika cadangan devisa pada hari ini tidaklah kekayaan nyata yang dikembalikan ke dalam ekonomi dalam negeri, malahan cadangan devisa ini merupakan soft loan kepada pemerintah AS.
Bahkan sebelum kehancuran Wall Street, terdapat consensus kuat di China bahwa cadangan devisa telah tumbuh jauh di atas yang dibutuhkan untuk menahan krisis seperti di tahun 1997. Usulan untuk melakukan devesifikasi strategi investasi mulai menguat. Investasi pada US Treasury Bill hanyalah menyebabkan kerugian karena adanya gap antara yield yang didapat dengan apresiasi mata uang Yuan.
Dengan penciptaan SWF sebesar 200 Miliar US Dollar, yang disebut dengan China Investment Corporation, Beijing memposisikan dirinya lebih ke investasi ekuitas (walaupun investasi pada Blackstone Group dan Morgan Stanley mendapatkan kritikan). Andy Xie seorang ekonom dari Morgan Stanly memberikan usulan bahwa pemerintah seharusnya menjual asset US Dollarnya dalam bentuk kepemilikan di perusahaan AS dalam skala besar, menantang AS untuk menyelesaikan masalah keetakutan untuk mencegah bencana kekurangan kapitalisasi

Namun banyak masyarakat di China mulai dari blogger yang nasionalis sampai dengan aktivis keadilan sosial memberikan kritikannya pada cadangan devisa yang sangat besar dari China. Mengapa harus membantu memberikan pembiayaan kepada ekonomi AS yang berbasiskan utang, ketika kebutuhan rumah tangga sendiri masih jauh dari yang diharapkan? China merupakan salah satu masyarakat yang egaliter pada akhir tahun 1985. Hari ini China mengalami permasalahan adanya gap antara si kaya dan si miskin. Hari ini gaya kapitalisme di China mempertontonkan perlawanannya pada ajaran dasar Konfusius yaitu: jangan khawatir terhadap kemiskinan, khawatirlah terhadap ketidakadilan.

Perkembangan pesat infrastruktur fisik di kota-kota di China yang mengalami modernisasi yang luar biasa namun infrastruktur sosial dan lingkungan yang hancur, terutama populasi di pedesaan dan daerah terpencil. Bertahun-tahun pemerintah pusat bicara mengenai keharmonisan sosial melalui system baru yaitu sistem layanan bersama kesehatan di pedesaan, melalui peningkatan anggaran untuk pendidikan menjadi 4% dari GDP dan menghilangkan SPP pendidikan, dan mengimplementasikan program pengembangan yang berkesinambungan. Janji ini begitu besar, tetapi tindakan pemerintah belum sepenuhnya terealisasi. Dan biaya ekonomi karena keterbatasan akses kepada kesehatan, pendidikan di atas minimnya air bersih & sumber air akan menyebabkan kerusakan dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Tantangan bagi China di masa yang akan datang adalah melepaskan diri untuk pembiayaan utang AS dan memulai investasi pada kesehatan, pendidikan, dan lingkungan bagi masyarakatnya. Pertumbuhan ekonomi tahunan mendekati 10% mejadi hal yang mudah.

latar belakang PI

A. Latar belakang masalah
Untuk memulai suatu usaha sebuah perusahaan harus memiliki modal atau dana, dengan sendirinya semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka semakin besar pula modal atau dana yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan.
Dana merupakan sumber daya yang sangat penting bagi setiap perusahaan dan sumber dana yang dimiliki oleh perusahaan go-public salah satunya dapat diperoleh dari penjualan saham yang dimiliki perusahaan tersebut. Menjual saham atau bagian kepemilikan perusahaan ke public akan memberikan banyak manfaat, selain dana yang relatif murah, cara ini tidak membebani perusahaan dengan kewajiban periodik membayar bunga dan disamping itu perusahaan tidak perlu menyediakan agunan seperti bila perusahaan meminjam dari lembaga keuangan.
Pasar modal merupakan salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu Negara dan keberadaan pasar modal dapat menunjang perkembangan ekonomi Negara yang bersangkutan. Dengan adanya pasar modal dapat merangsang akan semakin banyak perusahaan yang go-public. Dari sisi peningkatan kualitas perusahaan publik yang beroperasi harus bersifat terbuka, yang berarti dari segi manajemen perusahaan dituntut untuk pengelolaan secara profesional karena adanya sorotan dan pandangan dari masyarakat luas.
Bursa efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu alternative perolehan dana yang makin lama makin banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Disamping dana yang dapat di peroleh dari pihak perbankan, perusahaan dapat memperoleh dana dari bursa efek Indonesia (BEI) dengan cara menerbitkan dan menjual saham kepada investor, dengan penjualan saham tersebut pihak perusahaan harus memberikan laba atau keuntungan berupa dividen kepada para pemegang saham.
Investor saham dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu ; kelompok pertama yang disebut juga dengan “buy and hold” dan kelompok yang kedua “buy and sell”. Kelompok “buy and hold” adalah investor yang membeli saham untuk disimpan atau dimiliki dalam jangka waktu yang panjang dan pendapatan yang diharapkan oleh para investor kelompok pertama adalah dividen, baik dividen saham maupun dividen tunai (kas). Dengan demikian informasi mengenai dividen sangat dibutuhkan oleh kelompok ini karena menyangkut pendapatan yang diharapkan. Sedangkan investor yang dikategorikan sebagai kelompok “buy and sell” adalah investor yang membeli saham tetapi tidak untuk memiliki dalam jangka panjang melainkan untuk dijual kembali, dan pendapatan atau keuntungan yang diharapkan oleh kelompok ini adalah berupa capital gain yaitu selisih antara harga beli dengan harga jual saham tersebut.
Bagi pemegang saham, pemberian dividen oleh perusahaan merupakan hal yang sangat penting dalam pertumbuhan perusahaan karena dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar modal dan juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. Pemegang saham ingin mengetahui berapa laba bersih yang diperoleh perusahaan karena mereka telah menginvestasikan dana untuk perusahan tersebut, dan berapa dividen yang akan dibagikan kepada mereka. Di lain pihak pemberian dividen dimaksudkan oleh perusahaan untuk menujukkan suatu bukti kepada para pemegang saham, bahwa pihak manajemen atau perusahaan bersungguh-sungguh berusaha untuk mensejahterakan pemegang saham, di samping untuk memperlihatkan kinerja perusahaan.
Seperti yang telah diuraikan diatas pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli saham yaitu dividen dan capital gain. Dividen dibagikan setelah mendapat persetujuan dari para pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham (RUPS). Dividen yang lazim dibagikan perusahaan terdiri atas dividen saham dan dividen tunai, dividen saham adalah dividen yang berupa penambahan atas saham yang diberikan oleh emiten atas saham yang telah dimiliki oleh investor tersebut, sedangkan dividen tunai (kas) adalah dividen yang berupa uang tunai yang diberikan oleh emiten.
Keputusan untuk memberikan dividen kepada pemegang saham melibatkan dua pihak yang saling berbeda kepentingan yaitu perusahaan dan pemegang saham. Perusahaan ingin agar laba yang dibagikan sebagai dividen dalam jumlah yang kecil sehingga sebagian besar laba dapat ditahan dalam perusahaan, agar dana yang tersedia untuk investasi menjadi lebih besar. Namun di pihak lain pemegang saham ingin sebaliknya yaitu memperoleh dividen yang besar.
Dalam melakukan investasi di pasar modal investor atau pemegang saham mengharapkan dividen yang diberikan perusahaan dapat tumbuh seiring dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk itu para investor membutuhkan indikator-indikator yang dapat dipakai untuk menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi dividen.
Ada banyak pertimbangan yang harus dilakukan perusahaan sebelum memutuskan pemberian dividen kepada pemegang saham. Pertimbangan itu adalah tersedianya kas, posisi likuiditas, kesempatan dan tujuan perusahaan dihubungkan dengan pertumbuhan modal dan ekspansi, serta kebijakan perusahaan mengenai pembiayaan eksternal atau kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dari pihak luar (Hendriksen dan breda 2000) .
Kas yang tersedia dari hasil operasi perusahaan merupakan kas yang dapat digunakan kembali untuk kegiatan investasi, membayar utang dan atau membayar dividen, dll. Pertumbuhan modal perusahaan ditentukan oleh laba bersih yang diperoleh perusahaan dikurangi dengan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.
Laba bersih (net income) sering dinyatakan sebagai suatu indikasi kemampuan perusahaan membayar dividen, hal itu benar apabila manajemen mendasarkan pemberian dividen secara ketat atas porsi atau bagian tertentu dari laba bersih secara tetap. Salah satu kelemahan terbesar dari laba bersih sebagai prediktor dividen di masa yang akan datang adalah sulitnya melakukan penandingan (matching) yang tepat antara beban (expenses) dengan pendapatan (revenue) akibat sifat prosedur alokasi yang arbitrer atau acak sehingga laba bersih yang dihasilkan menjadi bias.
Alternative lain yang dapat digunakan sebagai predictor dividen adalah dengan menggunakan arus kas (cash flow). Penggunaan arus kas dapat menghindari alokasi sehingga diharapkan prediksi atas dividen dapat dilakukan dengan lebih baik. Penggunaan arus kas historis juga memiliki kelemahan sebagai prediktor dividen dimasa yang akan datang, kerena banyak arus kas termasuk dividen yang saling tergantung antara satu dengan yang lainnya, misalkan kas yang tersedia atau penerimaan kas yang diharapkan dapat digunakan untuk pengeluaran modal, atau membayar hutang atau membayar dividen.
Menentukan jumlah yang tepat untuk pendistribusian dividen adalah hal yang sulit dalam pengambilan keputusan manajemen. Perusahaan–perusahaan yang membayar dividen cenderung menolak untuk mengurangi jumlah dividen karena hal ini dapat menggundang reaksi negativ dari pasar sekuritas, konsekuensinya perusahaan yang membayar dalam bentuk dividen kas akan berupaya untuk terus dapat melakukannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merasa perlu dan ingin mengangkat permasalahan tersebut sebagai penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas dari aktivitas operasi terhadap Kebijakan Dividen Tunai pada PT. Mustika Ratu, Tbk“.