Sabtu, 22 Mei 2010

proposal

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar belakang masalah
Untuk memulai suatu usaha sebuah perusahaan harus memiliki modal atau dana, dengan sendirinya semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka semakin besar pula modal atau dana yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan.
Dana merupakan sumber daya yang sangat penting bagi setiap perusahaan dan sumber dana yang dimiliki oleh perusahaan go-public salah satunya dapat diperoleh dari penjualan saham yang dimiliki perusahaan tersebut. Menjual saham atau bagian kepemilikan perusahaan ke public akan memberikan banyak manfaat, selain dana yang relatif murah, cara ini tidak membebani perusahaan dengan kewajiban periodik membayar bunga dan disamping itu perusahaan tidak perlu menyediakan agunan seperti bila perusahaan meminjam dari lembaga keuangan.
Pasar modal merupakan salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu Negara dan keberadaan pasar modal dapat menunjang perkembangan ekonomi Negara yang bersangkutan. Dengan adanya pasar modal dapat merangsang akan semakin banyak perusahaan yang go-public. Dari sisi peningkatan kualitas perusahaan publik yang beroperasi harus bersifat terbuka, yang berarti dari segi manajemen perusahaan dituntut untuk pengelolaan secara profesional karena adanya sorotan dan pandangan dari masyarakat luas.
Bursa efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu alternative perolehan dana yang makin lama makin banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Disamping dana yang dapat di peroleh dari pihak perbankan, perusahaan dapat memperoleh dana dari bursa efek Indonesia (BEI) dengan cara menerbitkan dan menjual saham kepada investor, dengan penjualan saham tersebut pihak perusahaan harus memberikan laba atau keuntungan berupa dividen kepada para pemegang saham.
Investor saham dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu ; kelompok pertama yang disebut juga dengan “buy and hold” dan kelompok yang kedua “buy and sell”. Kelompok “buy and hold” adalah investor yang membeli saham untuk disimpan atau dimiliki dalam jangka waktu yang panjang dan pendapatan yang diharapkan oleh para investor kelompok pertama adalah dividen, baik dividen saham maupun dividen tunai (kas). Dengan demikian informasi mengenai dividen sangat dibutuhkan oleh kelompok ini karena menyangkut pendapatan yang diharapkan. Sedangkan investor yang dikategorikan sebagai kelompok “buy and sell” adalah investor yang membeli saham tetapi tidak untuk memiliki dalam jangka panjang melainkan untuk dijual kembali, dan pendapatan atau keuntungan yang diharapkan oleh kelompok ini adalah berupa capital gain yaitu selisih antara harga beli dengan harga jual saham tersebut.
Bagi pemegang saham, pemberian dividen oleh perusahaan merupakan hal yang sangat penting dalam pertumbuhan perusahaan karena dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar modal dan juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. Pemegang saham ingin mengetahui berapa laba bersih yang diperoleh perusahaan karena mereka telah menginvestasikan dana untuk perusahan tersebut, dan berapa dividen yang akan dibagikan kepada mereka. Di lain pihak pemberian dividen dimaksudkan oleh perusahaan untuk menujukkan suatu bukti kepada para pemegang saham, bahwa pihak manajemen atau perusahaan bersungguh-sungguh berusaha untuk mensejahterakan pemegang saham, di samping untuk memperlihatkan kinerja perusahaan.
Seperti yang telah diuraikan diatas pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli saham yaitu dividen dan capital gain. Dividen dibagikan setelah mendapat persetujuan dari para pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham (RUPS). Dividen yang lazim dibagikan perusahaan terdiri atas dividen saham dan dividen tunai, dividen saham adalah dividen yang berupa penambahan atas saham yang diberikan oleh emiten atas saham yang telah dimiliki oleh investor tersebut, sedangkan dividen tunai (kas) adalah dividen yang berupa uang tunai yang diberikan oleh emiten.
Keputusan untuk memberikan dividen kepada pemegang saham melibatkan dua pihak yang saling berbeda kepentingan yaitu perusahaan dan pemegang saham. Perusahaan ingin agar laba yang dibagikan sebagai dividen dalam jumlah yang kecil sehingga sebagian besar laba dapat ditahan dalam perusahaan, agar dana yang tersedia untuk investasi menjadi lebih besar. Namun di pihak lain pemegang saham ingin sebaliknya yaitu memperoleh dividen yang besar.
Dalam melakukan investasi di pasar modal investor atau pemegang saham mengharapkan dividen yang diberikan perusahaan dapat tumbuh seiring dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk itu para investor membutuhkan indikator-indikator yang dapat dipakai untuk menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi dividen.
Ada banyak pertimbangan yang harus dilakukan perusahaan sebelum memutuskan pemberian dividen kepada pemegang saham. Pertimbangan itu adalah tersedianya kas, posisi likuiditas, kesempatan dan tujuan perusahaan dihubungkan dengan pertumbuhan modal dan ekspansi, serta kebijakan perusahaan mengenai pembiayaan eksternal atau kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dari pihak luar (Hendriksen dan breda 2000) .
Kas yang tersedia dari hasil operasi perusahaan merupakan kas yang dapat digunakan kembali untuk kegiatan investasi, membayar utang dan atau membayar dividen, dll. Pertumbuhan modal perusahaan ditentukan oleh laba bersih yang diperoleh perusahaan dikurangi dengan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.
Laba bersih (net income) sering dinyatakan sebagai suatu indikasi kemampuan perusahaan membayar dividen, hal itu benar apabila manajemen mendasarkan pemberian dividen secara ketat atas porsi atau bagian tertentu dari laba bersih secara tetap. Salah satu kelemahan terbesar dari laba bersih sebagai prediktor dividen di masa yang akan datang adalah sulitnya melakukan penandingan (matching) yang tepat antara beban (expenses) dengan pendapatan (revenue) akibat sifat prosedur alokasi yang arbitrer atau acak sehingga laba bersih yang dihasilkan menjadi bias.
Alternative lain yang dapat digunakan sebagai predictor dividen adalah dengan menggunakan arus kas (cash flow). Penggunaan arus kas dapat menghindari alokasi sehingga diharapkan prediksi atas dividen dapat dilakukan dengan lebih baik. Penggunaan arus kas historis juga memiliki kelemahan sebagai prediktor dividen dimasa yang akan datang, kerena banyak arus kas termasuk dividen yang saling tergantung antara satu dengan yang lainnya, misalkan kas yang tersedia atau penerimaan kas yang diharapkan dapat digunakan untuk pengeluaran modal, atau membayar hutang atau membayar dividen.
Menentukan jumlah yang tepat untuk pendistribusian dividen adalah hal yang sulit dalam pengambilan keputusan manajemen. Perusahaan–perusahaan yang membayar dividen cenderung menolak untuk mengurangi jumlah dividen karena hal ini dapat menggundang reaksi negativ dari pasar sekuritas, konsekuensinya perusahaan yang membayar dalam bentuk dividen kas akan berupaya untuk terus dapat melakukannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merasa perlu dan ingin mengangkat permasalahan tersebut sebagai penulisan ilmiah dengan judul “Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas dari aktivitas operasi terhadap Kebijakan Dividen Tunai pada PT. MUSTIKA RATU,Tbk“.

1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka perumusan masalah pokok penelitian antara lain :
1. Apakah terdapat pengaruh antara laba bersih terhadap kebijakan dividen tunai pada PT. Mustika Ratu,Tbk ?
2. Apakah terdapat pengaruh antara arus kas dari aktivitas operasi terhadap kebijakan dividen tunai pada PT. Mustika Ratu,Tbk ?
3. Apakah terdapat pengaruh antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi secara bersama-sama terhadap kebijakan dividen tunai pada PT. Mustika Ratu,Tbk ?
4. Manakah yang lebih berpengaruh antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap kebijakan dividen tunai pada PT, Mustika Ratu,Tbk ?

1.3. Batasan masalah
Penelitian ini di batasi pada upaya mengungkapkan informasi mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap dividen tunai PT. Mustika Ratu,Tbk dari tahun 2006 sampai dengan 2009.

1.4. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam melaksanakan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen tunai pada PT. Mustika Ratu,Tbk
2. Untuk mengetahui pengaruh arus kas dari aktivitas operasi terhadap kebijakan dividen tunai pada PT. Mustika Ratu,Tbk.
3. Untuk mengetahui pengaruh laba bersih dan arus kas dari operasi secara bersama-sama terhadap kebijakan dividen tunai pada PT.Mustika Ratu,Tbk
4. Untuk mengetahui mana yang lebih berpengaruh antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap kebijakan dividen tunai pada PT. Mustika Ratu,Tbk





1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaatkan bagi berbagai pihak dalam hal :
1. Manfaat Akademis
Dalam penelitian ini dapat dilihat pengaruh laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap kebijkan dividen tunai, dimana laba bersih merupakan indikator bagi pemegang saham untuk mendapatkan dividen dari perusahaan, selain itu laba bersih sering dinyatakan sebagai indikasi kemampuan perusahaan membayar dividen.
2. Manfaat Praktis
Untuk memahami keadaan dan perkembangan perusahaan baik yang telah dicapai di waktu lalu maupun yang sedang berjalan sehingga akan terlihat kelemahan dan kemajuan perusahaan, dan disamping itu dapat dijadikan sebagai bahan acuan perusahaan untuk mengambil kebijakan dalam pembagian dividen dimasa mendatang. Perusahaan juga dapat menilai hal-hal apa saja yang lebih berpengaruh terhadap pembagian dividen yang dilakukan perusahaan yang menjual saham tersebut kepada para investor.

1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Objek Penelitian
PT.Mustika Ratu Tbk, yang sudah Go Public di BEI yang beralamat:
Jl. Jendral Sudirman kav 52-53
Jakarta 12190 Indonesia
Telp : (021) 515-0515 / Fax : (021) 515-0330



1.6.2 Data / Variabel
Data atau variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan publikasi PT.Mustika Ratu,tbk periode tahun 2006,2007,2008,dan 2009.

1.6.3 Metode Pengumpulan Data / Variabel
Data yang diperoleh penulis berupa data sekunder. Untuk melaporkan data tersebut penulis melakukan kunjungan ke website dengan alamat http://www.idx.co.id

1.6.4. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh antara laba bersih terhadap kebijakan dividen tunai
H2 : Terdapat pengaruh antara arus kas dari aktivitas operasi terhadap kebijakan dividen tunai
H3 : Terdapat pengaruh antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap kebijakan dividen tunai
H4 : Arus kas lebih berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai dari pada laba bersih

1.6.5. Alat Analisis Yang Di Gunakan
Penulis menggunakan data berupa kuantitatif (berupa angka), dengan alat analisis sebagai berikut :
Model analisis ini merupakan analisis yang bersifat kuantitatif, yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independent (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel berhubungan positif atau negative, dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independent mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Dimana pengujian yang dilakukan sama dengan pengujian pada regresi sederhana.
Adapun rumus regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Y = a+b1X1+b2X2
Keterangan :
Y = kebijakan Dividen tunai
X1 = Laba bersih
X2 = Arus kas operasi
b1,2 = Koefisien variabel independent
a = Konstanta
Dalam penelitian ini penulis menganalisis data yang ada dengan menggunakan program SPSS versi 17.00 sehingga dapat diketahui hasilnya secara langsung.














BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Laba Bersih
1 . Pengertian Laba Bersih
Pengertian laba bersih secara konsep menurut Soemarso (2005 : 129) : “laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha “.
Menurut Belkaoui (2000 : 109) definisi laba menurut konsep akuntansi adalah sebagai berikut :“laba menurut konsep akuntansi adalah selisih antara pendapatan (revenue) yang direalisir dari pendapatan“
Lebih luas lagi Stice, Stice dan Skousen (2004 : 226) mengemukakan bahwa : “laba adalah jumlah yang dapat diberikan kepada investor (sebagai hasil investasi ) dan kondisi perusahaan di akhir periode masih sama baiknya atau kayanya (well off) dengan di awal periode“.
Laba bersih disajikan dalam laporan laba rugi dengan membandingkan pendapatan dan biaya. Menurut Soemarso (2002 : 227) “Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih . Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi , angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih.
Berkaitan dengan penyajian laporan laba rugi, ikatan akuntan Indonesia (IAI) menjelaskan bahwa : “Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang“
Laba bersih merupakan arus sisa dari laba yang menjadi milik para pemegang saham. Atas nama pemegang saham, dewan direksi memutuskan besarnya bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dan beberapa bagian yang harus diinvestasikan kembali ke perusahaan.

2. Konsep Laba
1) Konsep Laba Pada Tingkat Sematik
Konsep ini ditelaah melalui hubungannya dengan realita ekonomi. Konsep ini terdiri dari dua konsep ekonomi yaitu konsep perubahan kesejahteraan dan maksimalisasi laba.
a. Konsep perubahan kesejahteraan (pemeliharaan modal)
Pada konsep ini laba di definisikan sebagai jumlah yang dapat diberikan perusahaan kepada pemegang saham, sehingga tingkat kesejahteraan mereka pada akhir periode minimal sama dengan awal periode.
b. Konsep memaksimalkan laba
Pada konsep ukuran paling umum untuk pencapaian laba maksimal adalah tingkat efisiensi manajemen dalam mengelola perusahaan.
2) Konsep Laba Pada Tingkat Sintaksis
Pada tingkat ini laba dihubungkan dengan konversi (kebiasaan) dan aturan logis serta konsistensi dengan berdasar pada premis dan aturan yang berkembang dari praktek akuntansi yang ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba yaitu:
a) Pendekatan transaksi
Pendekatan transaksi merupakan pendekatan konvesional yang banyak digunakan para akuntan. Pada prinsipnya pendekatan ini mencatat perubahan nilai aktiva dan kewajibannya yang diakibatkan dari suatu transaksi baik transaksi eksternal maupun transaksi internal. Prosedur yang lazim dari pendekatan transaksi ini adalah mencatat pendapatan dan biaya pada saat terjadinya berdasarkan transaksi eksternal.
Pendekatan transaksi menurut Ghozali dan Chariri (2007:351) memiliki beberapa kebaikan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Komponen laba dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya : atas dasar produk atau konsumen.
2) Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi.
3) Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada pada akhir periode.
4) Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi eksternal untuk berbagai tujuan.
5) Berbagai laporan keuangan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang lainnya.
b) Pendekatan kegiatan
Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksananakan. Jadi laba bias timbul pada tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan, dan pengumpulan kas. Pendekatan kegiatan lebih menitikberatkan pada penjelasan suatu kejadian atau aktivitas perusahaan dari pada pelaporan suatu transaksi dan tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar.
Kebaikan dari pendekatan kegiatan ini menurut Ghozali dan Chariri (2007:352) sebagai berikut:
a) Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha memperoleh capital gain.
b) Efisiensi manajemen dapa diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tangung jawab manajemen.
c) Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda.
3) Konsep Laba Pada Tingkat Perilaku.
Pada tingkat prilaku atau pragmatis konsep laba dikaitkan perilaku pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi para pemakai dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat berharga terhadap pelaporan laba atau reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan terhadap laba yang dilaporkan. Berdasarkan uraian diatas, konsep laba pada tingkat perilaku paling harus dapat memberikan implikasi laba sebagai alat peramalan, laba sebagai beban pengambilan keputusan manajemen.
2.1.2. Arus Kas
1. Pengertian Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah salah satu laporan keuangan yang dibutuhkan dalam semua laporan tahunan perusahaan publik. Laporan arus kas menunjukkan tentang informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari kegiatan operasional, menjaga dan mengembangkan kapasitas operasional, memenuhi kewajiban keuangan dan membayar dividen
Pengertian laporan arus kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.2 (2007 : 2.1) adalah sebagai berikut : “Informasi tentang arus kas suatu perusahaan yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut “.
Sedangkan pengertian laporan arus kas menurut Stice , Stice dan Skousen (2004 : 319) adalah : “Laporan arus kas (statement of cash flow) menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas (cash equivalent) dalam periode tertentu“.
Jadi dalam menyajikan laporan arus kas harus dilaporkan arus kas selama periode tertentu. Dalam mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi , aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan pemakai laporan dapat mengetahui dan menilai dari mana kas dan setara kas perusahaan selama ini.
2. Konsep Penyusunan laporan arus kas
1) Laporan keuangan yang mendukung laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang harus dibuat perusahaan. Laporan ini merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaimana mereka membelanjakannya.
Menurut Kieso dan Weygandt (2002 : 376) informasi untuk menyiapkan laporan ini biasanya berasal dari tiga sumber, yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Neraca komparatif, menyajikan jumlah perubahan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari awal hingga akhir periode.
b) Laporan laba rugi periode berjalan, berisi data yang membantu pembaca menentukan jumlah kas yang diterima dan atau digunakan oleh operasi selama periode berjalan.
c) Data transaksi tertentu, dari buku besar umum memberikan informasi tambahan terinci yang dibutuhkan untuk menentukan bagaimana kas diterima dan digunakan selam periode berjalan.
2) Penentuan arus kas dari aktivitas operasi
Salah satu informasi paling penting yang dilaporkan pada arus kas yang disediakan (atau digunakan) oleh aktivitas-aktivitas operasi pengaruh kas dari transaksi yang dilibatkan dalam penentuan laba bersih, seperti penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, serta pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan untuk memperoleh persediaan serta membayar beban.
Menurut standar akuntansi keuangan No.2 (2007), perusahaan harus melaporkan arus kas operasi dengan salah satu metode berikut :
a) Metode Langsung
Yaitu dengan mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan dan pengeluaran kas bruto. Perusahaan dianjurkan untuk menggunakan metode langsung karena dengan metode-metode ini dapat menghasilkan instrument yang berguna dalam estimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung.
b) Metode Tidak Langsung
Yaitu dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dengan cara mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pengeluaran untuk operasi masa lalu atau masa depan, unsur penghasilan atau beban yang berhubungan dengan akuntansi investasi dan pembiayaan.
Arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :
1) Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan.
2) Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan, serta hak minoritas dalam laba atau rugi konsolidasi.
3) Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.

3) Penentuan arus kas dari aktivitas investasi
Tahap berikutnya dalam penyusunan laporan arus kas adalah menentukan arus kas dari aktivitas investasi. Kegiatan investasi umumnya melibatkan aktiva jangka panjang dan mencakup :
a) Pemberian serta penagihan pinjaman
b) Perolehan serta pelepasan investasi dan aktiva produktif jangka panjang
Arus masuk kas mencakup penjualan aktiva tetap, penjualan surat berhaga yang berupa investasi, penagihan pinjaman jangka panjang (tidak termasuk bunga jika ini merupakan investasi) dan penjualan aktiva lainnya yang digunakan dalan kegiatan produksi (tidak termasuk persediaan).
Arus keluar kas terutama digunakan untuk pembelian aktiva tetap, pembelian investasi jangka panjang, pemberian pinjaman pada pihak lain dan pembayaran untuk aktiva yang digunakan dalam kegiatan produktif.
4) Penentuan arus kas dari aktivitas pembiayaan
Kegiatan pembiayaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemegang saham serta mencakup :
a) Perolehan kas dari kreditor dan pembayaran kembali pinjaman.
b) Perolehan modal dari pemilik dan pemberian tingkat pengembalian atas pengembalian dari investasinya.
Arus masuk kas mencakup pengeluaran saham, pengeluaran wesel, penjualan obligasi, pengeluaran hipotik dan lain-lain. Arus kas keluar terutama digunakan untuk pembayaran dividen d an pembagian lainnya yang diberikan kapasa pemilik, pembelian saham pemilik kembali (treasury stock), pembayaran hutang pokok dana yang dipinjam (tidak termasuk bunga karena dianggap sebagai kegiatan operasi).


2.1.3. Kebijakan Dividen
2.1.3.1. Teori Kebijakan Deviden
Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan deviden adalah smoothing theory, clientele effect theory, tax preference theory, dividend irrelevance theory, bird in the hand theory, residual theory of dividens, teori signal atau isi informasi dividen (information content of dividend).
a) Smoothing Theory
Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Teori ini mengatakan bahwa jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya.
b) Clientele Effect Theory
Teori ini diungkapkan oleh Black and Scholes. Teori mengatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijaksanaan dividen perusahaan. Sebagai contoh, kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Menurut teori ini dividen tertentu akan menarik segmen tertentu kemudian tugas perusahaan (manajemen keuangan) adalah melayani segmen tersebut. Kebijakan dividen yang berubah-ubah akan mengacaukan efek klien tersebut, menyebabkan harga saham berubah.





c) Tax preference theory
Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen tidaklah tax deductible. Teori ini merujuk kepada pengenaan pajak yang diberlakukan bagi setiap investor yang mendapat capital gain atau dividen. Pada umumnya besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, dimana pajak untuk dividen lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain. Selain itu, pajak atas capital gain baru dapat dibayar jika capital gain telah direalisasi. Dengan demikian, apabila investor tidak segera merealisasikan capital gain-nya, berarti investor menunda pembayaran pajaknya. Sudah tentu present value (PV) pembayaran pajaknya akan turun. Dengan dua alasan ini (pajak lebih rendah serta dapat ditundakan) maka Litzenberger dan Ramaswarny (1979) menyatakan pandangan negatif dividen bagi value perusahaan.
d) Dividend Irrelevance Theory
Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani dalam papernya Dividend Irrelevance Preposisition. Paper tersebut menjelaskan bahwa dalam dunia pajak, dan tidak diperhitungkannya biaya transaksi serta dalam kondisi pasar yang sempurna, maka kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh apapun pada harga pasar saham tersebut. Menurut MM kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan.
e) Bird in the Hand Theory
Teori ini mengatakan pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital gain diterima di masa mendatang. Gordon mengemukakan bird in the hand theory yang mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai dividen di masa depan (it can fly away).
f) Residual Theory Of Dividens
Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: a) mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan, b) mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi, c) memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin dan, d) membayar dividen hanya jika ada sisa laba.
Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang mempunyai NPV (Net Present Value) positif.
g) Teori Signal atau Isi Informasi Dividen (Information Content Of Dividend)
Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Ada argumen lain yang lebih masuk akal. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dividen. Menurut teori ini, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang.


h) Agency Theory
Menurut teori ini konflik terjadi pihak-pihak yang berkaitan di perusahhan. Sebagai contoh, manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan agar tujuan pemegang saham bisa tercapai., tetapi manajer bisa saja mempunyai agenda tersendiri yang tidak selalu konsisten dengn tujuan pemegang saham, misalnya perusahaan mempunyai kelebihan kas dengan NPV positif (free cash flow), yang didefenisikan sebagai kelebihan kas setelah semua investasi dengan NPV positif didanai). Kas tersebut akan lebih baik jika dibagikan ke pemegang saham, dan pemegang saham akan memanfaatkan kas tersebut dengan cara mererka tersendiiri.
Selain itu digunakan juga teori keuangan. Teori keuangan akan menjelaskan bagian yang akan dibagikan oleh perusahaan sebagai dividen bagi para pemegang saham.
i) Teori Keuangan
Menurut teori keuangan, dividen (atau investasi kembali) tidak sama dengan laba setelah pajak. Dalam teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen bisa dinyatakan sebagai berikut:
D = E + Penyusutan – Investasi pada A.T – Penambahan M.K




Keterangan:
D = Dividen,
E = Earning After Tax (Laba Setelah Pajak),
A.T = Aktiva Tetap,
M.K = Modal kerja.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai dividen merupakan kelebihan dana yang diperoleh dari operasi perusahaan (yaitu E + penyusutan) diatas keperluan investasi untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang (yaitu investasi aktiva tetap dan modal kerja). Hanya saja, untuk menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa investasi pada aktiva tetap akan diambilkan dari dana penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah (sehingga tidak perlu menambah modal kerja). Apabila asumsi ini dipergunakan, maka bisa dimengerti kalau besarnya dividen ditentukan oleh laba setelah pajak (E) dan maksimal dividen yang bisa dibagikan adalah sama dengan E. Itulah mengapa EAT digunakan sebagai ukuran jumlah maksimal dana yang dibagikan sebagai dividen.
2.1.3.2. Faktor -faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden
faktor yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen , adalah :
a) Perjanjian Hutang pada umumnya perjanjian hutang antara paerusahan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan dan atau rasio – rasio keuangan menunjukkan bank dalam kondisi sehat.
b) Pembatasan dari Saham Preferen , tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferan belum dibayar.
c) Tersedianya Kas, Dividen berupa uang tunai ( cash dividend ) hanya dapat dibayar jika tersedianya uang tuani yang cukup. Jika likuiditas baik, perusahaan dapat membayar dividen.
d) Pengendalian , Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, ia cenderung untuk segan menjual saham baru sehingga lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana / baru. Akibatkanya dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi penting pada perusahaan yang relatif kecil.
e) Kebutuhan Dana untuk Investasi , Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek – proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri ( equity ) dapat berupa penjualan sham baru dan laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham ( flotation cost ) . Oleh karena itu semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividen payout ratio.
f) Fluktuasi Laba, Jika laba perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba – tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak menggunakan hutang guna mengurangi risiko kebangkrutan. Konsekuensinya laba ditahan menjadi besar dan dividen mengecil.




2.1.4. Metode Yang Dapat Untuk menghitung
Penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap deviden tunai. Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian arsip (archival research) yaitu penelitian terhadap fakta (dokumen) atau berupa arsip data. Dokumen atau arsip yang diteliti berdasarkan sumbernya dapat berasal dari data internal: yaitu dokumen, arsip, dan catatan orisinil yang diperoleh dari suatu organisasi atau berasal dari data eksternal, yaitu publikasi data yang diperoleh melalui orang lain. Proses pengumpulan data berupa dokumen atau arsip dapat dikerjakan sendiri oleh peneliti atau berupa publikasi data yang proses pengumpulannya dikerjakan oleh orang lain. Dan dalam hal ini peneliti memperoleh datanya dari data eksternal yaitu data yang dipublikasikan oleh Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM).

2.1.4.1. Operasionalisasi variabel
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu variabel independen (x) di antaranya laba bersih (x1) dan arus kas dari aktivitas operasi (x2) serta kebijakan deviden sebagai variabel dependen (y).

2.1.4.2. Populasi dan sampel penelitian
2.1.4.2.1. Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006 sampai dengan tahun 2008 yang terdiri dari 40nperusahaan (emiten). Penelitian ini dilakukan di Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Gedung Bursa Efek Indonesia menara 2 lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52 – 53, Jakarta 12190.
2.1.4.2.2. Sampel Penelitian
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan judgement sampling atau purposive sampling. Dimana anggota sampel dipilih dengan menggunakan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Jumlah sampel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Mustika Ratu,Tbk dengan kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan Mustika Ratu,Tbk yang terdaftar di BEI pada periode 2006 sampai dengan tahun 2008
b. Telah menyampaikan laporan keuangan tahunan periode 2006 sampai dengan tahun 2008 yang telah diaudit
c. Data keuangan perusahaan lengkap dengan variabel yang diteliti, terdapat laba usaha, penjualan bersih, dan total aktiva
d. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang Rupiah Indonesia.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka dari data yang ada pada JSX statistics yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) didapat 20 perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2006 sampai dengan tahun 2009 yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian.
2.1.4.2.3. Jenis,Sumber, dan Metode Pengumpulan Data
A. Jenis data
Data penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu data subyek, data fisik, dan data dokumenter. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data dokumenter yaitu menggunakan laporan keuangan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 perusahaan Mustika Ratu,Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
B. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat digolongkan sebagai data eksternal. Data eksternal adalah data yang didapat dari luar lembaga atau organisasi yang bersangkutan.

C. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah Penelitian Kepustakaan.
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teorritis dan dapat menunjang materi pembahasan penelitian. Cara mengumpulkan data ini bersumber dari kepustakaan yang berupa buku, skripsi, dan literature-literatur lainnya yang berhubungan dengan skripsi ini.
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara penelitian langsung ke Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia. Data yang diperoleh adalah data sekunder (data documenter) berupa laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.


















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian
PT.Mustika Ratu Tbk, yang sudah Go Public di Bei yang beralamat:
Jl. Jendral sudirman kav 52-53
Jakarta 12190 Indonesia
Telp : (021) 515-0515 / Fax : (021) 515-0330

3.2. Data / Variabel Yang Digunakan
Data atau variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan publikasi PT.Mustika Ratu,tbk periode tahun 2006,2007,2008,dan 2009.

3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh penulis berupa data sekunder. Untuk melaporkan data tersebut penulis melakukan kunjungan ke website dengan alamat http://www.idx.co.id

3.4. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh antara laba bersih terhadap kebijakan dividen tunai
H2 : Terdapat pengaruh antara arus kas dari aktivitas operasi terhadap kebijakan dividen tunai
H3 : Terdapat pengaruh antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap kebijakan dividen tunai
H4 : Arus kas lebih berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai dari pada laba bersih
3.5. Alat Analisis Yang Digunakan
Penulis menggunakan data berupa kuantitatif (berupa angka), dengan alat analisis sebagai berikut :
3.5.1. Uji Hipotesis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
3.5.1.1. Uji Koefisien Korelasi
Menurut Indrianto dan Supomo (2002) : “penelitian korelasi (correlation research) merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasi antara dua variabel atau lebih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara variabel atau membuat prediksi berdasarkan korelasi antar variabel”.
Koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukuran kekuatan (keeratan) suatu hubungan antara variabel. Dalam penelitian ini digunakan korelasi pearson product moment dengan alas an sebagai berikut:
1. Korelasi pearson digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel dan bila ada apakah hubungannya positif atau negative.
2. Korelasi pearson digunakan karena penelitian menggunakan data berskala rasio.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika signifikan < 0,05 maka Ha diterima (terdapat hubungan positif antara variabel independen dengan variabel dependen)
Jika signifikan > 0,05 maka Ha ditolak (tidak terdapat hubungan positif antara variabel independen dengan variabel dependen).
Namun dalam penelitian ini penulis menggunakan program SPSS versi 16.00 untuk menganalisis data yang ada.


3.5.1.2. Uji Regresi Linier Berganda
Model analisis ini merupakan analisis yang bersifat kuantitatif, yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independent (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel berhubungan positif atau negative, dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independent mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Dimana pengujian yang dilakukan sama dengan pengujian pada regresi sederhana.
Adapun rumus regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y = a+b1X1+b2X2

Keterangan :
Y = kebijakan Dividen tunai
X1 = Laba bersih
X2 = Arus kas operasi
b1,2 = Koefisien variabel independent
a = Konstanta
Dalam penelitian ini penulis menganalisis data yang ada dengan menggunakan program SPSS versi 16.00 sehingga dapat diketahui hasilnya secara langsung.
3.5.1.3. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel antara laba bersih dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen tunai.
Dengan pengambilan keputusan :
a) Signifikan < 0,05, maka Ha diterima
b) Signifikan > 0,05, maka Ha ditolak.

3.5.1.4. Uji F atau ANOVA
Pengujian dengan uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent (bebas) secara keseluruhan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (terikat). Dari hasil uji dapat diketahui apakah terdapat model penaksiran yang digunakan tepat atau tidak. Uji hipotesis serentak ini membandingkan apakah signifikan Fhitung lebih besar atau labih kecil dari 0,05.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : b1 ≠ b2 ≠0 = Berarti secara serentak ada pengaruh yang signifikan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap pembagian dividen tunai.
3.5.1.5. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi berganda bertujuan untuk mengukur seberapa besar variasi variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Banyak peneliti mengajurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik karena nilai adjusred R2 dapat naik atau turun apabila suatu variabel independen ditambah kedalam model.
Rumus koefisien determinasi atau koefisien penentu (KP) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
KP = (r)2 x 100%

3.5.1.6. Uji Koefisien Beta
Uji koefisien beta digunakan untuk menunjukkan variabel bebas manakah yang dominan mempengaruhi terhadap variabel dependennya. Keuntungan dengan mengunakan standardized beta adalah mampu mengeliminasi perbedaan unit ukuran pada variabel independent.
Uji ini digunakan untuk mengetahui hipotesis ke empat dalam penelitin ini. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan standardized beta adalah koefisien beta digunakan untuk melihat pentingnya masing-masing variabel independen secara relative dan tidak ada multikolinearitas antara variabel independent
















BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Data dan Profile Objek Penelitian

4.1.1 Profile Perusahaan
Pada tahun 1978 oleh Ny. Mooryanti Soedibjo dengan nama PT. Mustika Ratu yang sebelumnya selama lima tahun berbentuk industri rumah tangga yang bergerak dalam usaha pembuatan dan penjualan jamuserta kosmetik tradisional Indonesia yang berkedudukan di Jakarta, berdasarkan akta No. 35 tanggal 14 Maret 1987, dibuat dihadapan notaris Gustaaf Hoemala Soangkoepon Lomban Tobing, SH yang telah disahkan oleh menteri kehakiman Republik Indonesia berdasarkan SK No. Y.A.S/188/15 tanggal 22 Desember 1987, didaftarkan pada kantor pengandilan negeri Jakarta pada tanggal 8 Maret 1979 dengan No. 1015 dan diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No.8 tanggal 25 Desember 1980.
Pada saat didirikan dengan akta No.35 tanggal 14 Maret 1978 Struktur permodalan PT. Mustika Ratu, Tbk dibentuk dengan modal dasar Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) terdiri dari 50 (lima puluh) saham prioritas dan 50 (lima puluh) saham biasa dengan nilai nominal Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) pertiap saham.
PT. Mustika Ratu, Tbk berkedudukan di Jakarta dan menyewa ruangan untuk kantor pusat perseroan, sedangkan tanah dan bangunan untuk fasilitas produksi dan pergudangan terletak di Ciracas, Jakarta Timur. Untuk lahan perkebunan bahan baku berada di tapos.



4.1.2. Data Perusahaan.
Berikut ini adalah data yang di ambil dari tahun 2006 samapi 2009 :

Tabel 4.1


Tahun Laba bersih Arus Kas Operasi Dividen
Tahun 2006 9.096.227.057 2.333.316.549 1.096.225.057
Tahun 2007 11.130.009.991 16.550.490.271 1.369.600.000
Tahun 2008 22.290.067.707 30.430.824.332 2.225.600.000
Tahun 2009 13.019.435.169 2.349.519.183 5.572.560.000
4.2. Uji Hipotesis
4.2.1. Analisa Koefisien korelasi
Analisa korelasi digunakan untuk menghitung seberapa kuat hubungan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap dividen tunai. Dimana dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson (Product Moment).
Dasar pengambilan keputusan :
a. Jika signifikan < 0,05 maka Ha diterima (terdapat hubungan)
b. Jika signifikan > 0,05 maka Ha ditolak (tidak terdapat hubungan).
Interprestasi koefisien korelasi :
0.00 – 0.199 Hubungan sangat lemah
0.20 – 0.399 Hubungan sangat rendah
0.40 – 0.599 Hubungan sedang
0.60 – 0.799 Hubungan kuat
0.80 – 1.000 Hubungan sangat kuat
Berdasarkan dta pada tabel 4.1, maka hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Korelasi

Correlations
LABA_BERSIH ARUS_KAS_OPERASI DEVIDEN
LABA_BERSIH Pearson Correlation 1 .837 .865
Sig. (1-tailed) .000 .000
N 4 4 4
ARUS_KAS_OPERASI Pearson Correlation .837 1 .850
Sig. (1-tailed) .000 .000
N 4 4 4
DEVIDEN Pearson Correlation .865 .850 1
Sig. (1-tailed) .000 .000
N 4 4 4


Berdasarkan pengujian diatas, diketahui korelasi pearson antara laba bersih terhadap dividen tunai sebesar 0,865 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ha ditolak yang berarti artinya laba bersih mempunyai hubungan positif dan sangat kuat terhadap dividen tunai. Korelasi pearson antara arus kas operasi terhadap dividen tunai sebesar 0,850 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak artinya arus kas operasi mempunyai hubungan positif dan sangat kuat terhadap dividen.



4.2.2. Analisa Regresi Linier Berganda
Koefisien regresi dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi. Adapun persamaan regresi berganda digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.3berikut ini :
Tabel 4.3
Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.173E9 3.905E9 -.300 .054
LABA_BERSIH .475 .387 .342 1.226 .006 .299 3.341
ARUS_KAS_OPERASI .221 .168 .442 -1.317 .003 .299 3.341
a. Dependent Variable: DEVIDEN

Model persamaan regresi berdasarkan hasil diatas adalah :
Deviden = -1,173 + 0,475 Laba + 0,221 Kas
Adapun interprestasi dari persamaan tersebut adalah :
a. Konstanta sebesar - 1,173 menyatakan dividen tunai akan turun sebesar 1,173 dengan asumsi variabel laba bersih dan arus kas operasi tidak berubah.
b. Koefisien regresi laba bersih sebesar 0,475 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 rupiah laba bersih maka akan menaikkan dividen tunai sebesar 0,475 rupiah dengan asumsi variabel arus kas tidak berubah.
c. Koefisien regresi arus kas operasi sebesar 0,221 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 rupiah arus kas operasi maka akan menaikkan dividen tunai sebesar 0,221 rupiah, dengan asumsi variabel lain tidak berubah.
Interpretasi hasil uji hipotesis dapat dilihat dari hasil uji t, uji F atau ANOVA, uji koefisien determinasi, dan uji beta di bawah ini:
4.2.3. Uji t
Uji t (uji secara parsial) digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen secara individual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan :
1. Jika signifikansi > 0,05, maka Ha ditolak
2. Jika signifikansi < 0,05, maka Ha diterima









Hasil uji t dapat dilihat dari tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4
Hasil Uji Parsial (Uji t)


Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.173E9 3.905E9 -.300 .054
LABA_BERSIH .475 .387 .342 1.226 .006 .299 3.341
ARUS_KAS_OPERASI .221 .168 .442 -1.317 .003 .299 3.341
a. Dependent Variable: DEVIDEN

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel laba bersih memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,006 lebih kecil dari 0,05, sehingga Ho ditolak yang berarti variable laba mempunyai pengaruh terhadap variable dependen deviden. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Rosmita (2001) dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih terhadap pembagian dividen tunai.
Sedangkan berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel arus kas dari aktivitas operasi memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel independen arus kas signifikan mempengaruhi variable dependen deviden. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Rosmita (2001) dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap pembagian dividen tunai.


4.2.4. Uji F atau ANOVA

Uji F (uji secara simultan) digunakan untuk menguji apakah secara bersama-sama seluruh variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas :
1. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak ( terdapat pengaruh)
2. Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima (tidak terdapat pengaruh)
Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini ;
Tabel 4.5
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8.171E18 2 4.085E18 .893 .009a
Residual 4.576E18 1 4.576E18
Total 1.275E19 3
a. Predictors: (Constant), ARUS_KAS_OPERASI, LABA_BERSIH
b. Dependent Variable: DEVIDEN

Berdasarkan tabel tersebut untuk melihat pengaruh secara serentak dilakukan dengan uji F yaitu pengujian secara serentak pengaruh variabel Laba Bersih dan arus kas operasi terhadap dividen tunai. Pada pengujian di atas diperoleh besarnya nilai signifikansi uji F sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak yang berarti model regresi diatas berguna untuk memprediksi dividen tunai atau dapat dikatakan bahwa laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh terhadap dividen tunai.

4.2.5. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar variasi dari variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik karena nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila suatu variabel independen ditambahkan kedalam model. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :


Dari hasil pengolahan regresi berganda dapat diketahui bahwa koefisien determinasi adjusted R2 = 0,700 yang berarti secara bersama-sama laba bersih dan arus kas operasi mampu menjelaskan variasi dari variabel dividen tunai sebesar 70 % sedangkan sisanya (100 % - 70% = 30 %) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi.



4.2.6. Uji Koefisien Beta
Uji koefisien beta digunakan untuk menunjukkan variabel bebas manakah yang dominan mempengaruhi dividen tunai, dapat dilakukan dengan melihat nilai koefisien beta yang distandarisasi paling besar. Hasil uji koefisien beta dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7
Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -1.173E9 3.905E9 -.300 .054
LABA_BERSIH .475 .387 .342 1.226 .006 .299 3.341
ARUS_KAS_OPERASI .221 .168 .442 -1.317 .003 .299 3.341
a. Dependent Variable: DEVIDEN
Hasil Uji Koefisien Beta
Menurut Ghozali (2007 : 88) yaitu : koefisien beta digunakan untuk melihat pentingnya masing-masing variabel independen secara relatif dan ada tidaknya multikolinearitas antar variabel independen. Koefisien tersebut disebut Standardized Coefficient yang mampu mengeleminasi perbedaaan unit ukuran pada variabel independen.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel arus kas operasi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien beta yang distandarisasi sebesar 0,442 > 0,342, sehingga dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi lebih berpengaruh terhadap dividen tunai dibandingkan dengan laba bersih.

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melakukan analisis data menggunakan program SPSS versi 17 maka dapat diketahui besarnya koefisien korelasi (hubungan) antara Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap dividen tunai Pada PT Mustika Ratu Tbk yang Terdaftar Di BEI.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti maka dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara laba bersih terhadap dividen tunai sebesar 0,865 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti laba bersih mempunyai hubungan positif dan sangat kuat terhadap dividen tunai. Sedangkan korelasi pearson antara arus kas operasi terhadap dividen tunai sebesar 0,850 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti arus kas operasi mempunyai hubungan positif dan sangat kuat terhadap dividen.
Model persamaan regresinya adalah Deviden = -1,173 + 0,475 Laba + 0,221 Kas. Dari pengolahan data diatas juga diketahui bahwa variable Laba bersih memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,006 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel dividen tunai secara persial dipengaruhi oleh laba bersih . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Rosmita (2001) dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih terhadap pembagian dividen tunai.
Dapat diketahui pula bahwa variabel arus kas dari aktivitas operasi memiliki nilai signifikan t sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel dividen tunai (Y) secara parsial dipengaruhi oleh arus kas operasi (X2). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Rosmita (2001) dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap pembagian dividen tunai.
Untuk melihat pengaruh secara serentak dilakukan dengan uji F yaitu pengujian secara serentak pengaruh variabel Laba Bersih dan arus kas operasi terhadap deviden tunai (Y). Pada pengujian ini diperoleh besarnya nilai signifikansi uji F sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak yang berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi dividen tunai atau dapat dikatakan bahwa laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh terhadap dividen tunai.
Dari hasil pengolahan regresi berganda dapat diketahui bahwa koefisien determinasi R2 = 0,70. Artinya secara bersama-sama laba bersih dan arus kas operasi mampu menjelaskan variasi dari variabel dividen tunai sebesar 70 % sedangkan sisanya (100 % - 70% = 30 %) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi.
Dari hasil uji koefisien beta diketahui bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel arus kas operasi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien beta yang distandarisasi sebesar 0,442, sehingga dapat dikatakan bahwa arus kas operasi lebih berpengaruh terhadap dividen tunai dibandingkan dengan laba bersih.
Hal ini di dukung dalam teori yang dikemukakan oleh Hendriksen dan Breda (1992:271) dalam Rasyid (2001) berpendapat bahwa : “ Laba bersih sering dianggap sebagai indikasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Hal ini benar apabila manajemen perusahaan mendasarkan pemberian dividen secara ketat atas porsi tertentu dari laba bersih secara tetap. Salah satu kelemahan dari laba bersih sebagai prediktor dividen di masa datang adalah sulitnya melakukan penandingan (matching) yang tepat antara beban (expense) dengan pendapatan (revenue) akibat sifat prosedur alokasi yang arbiter atau acak sehingga laba bersih yang dihasilkan menjadi bias.



Oleh sebab itu, penggunaan arus kas dapat menghindari pengaruh alokasi sehingga prediksi atas dividen dapat dilakukan dengan lebih baik. Arus kas yang digunakan untuk membayar dividen umumnya berasal dari arus kas operasi, karena arus kas inilah yang berasal dari kemampuan perusahaan sendiri. Arus kas operasi dapat digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang atau untuk ekspansi.

























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih terhadap dividen tunai pada PT Mustika Ratu Tbk yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 sampai tahun 2009 yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi t sebesar 0,006 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Rosmita (2001) dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih terhadap pembagian dividen.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap dividen tunai pada PT Mustika Ratu Tbk yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 sampai tahun 2009 yang ditunjukkan dengan nilai signifikan t sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Rosmita(2001) dimana terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap pembagian dividen.
3. Berdasarkan Hasil Uji F (uji simultan) menunjukkan bahwa laba bersih dan arus kas operasi bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai. Hal ini terbukti dengan hasil uji F yang dilakukan bahwa nilai probabilitasnya sebesar r = 0,009 < 0,05. Maka Ha3 diterima yang artinya laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap dividen tunai.
Hasil Uji Koefisien Determinasi menunjukkan bahwa koefisien determinasi R2 = 0,70. Artinya secara bersama-sama laba bersih dan arus kas operasi mampu menjelaskan variasi dari variabel dividen tunai sebesar 70% sedangkan sisanya (100% - 70% = 30%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi.
4. Hasil Uji Beta menunjukkan bahwa arus kas operasi lebih berpengaruh terhadap dividen tunai dibandingkan dengan laba bersih pada PT Mustika Ratu Tbk yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 sampai tahun 2009 yang ditunjukkan dengan nilai koefisien beta yang distandarisasi sebesar 0,442.

5.2. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :
5.2.1. Dalam Penelitian ini Arus Kas memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan laba bersih. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan pihak perusahaan untuk membagikan dividen secara umum, sebaiknya perusahaan menggunakan laporan arus kas sebagai indikasi pembayaran dividen tunai karena arus kas lebih menggambarkan jumlah kas rill yang ada di suatu perusahaan tersebut.
5.2.2. Apabila perusahaan telah menghasilkan Laba Bersih, tetapi tidak memiliki ketersediaan kas yang cukup untuk membayar dividen tunai, maka dapat disarankan agar perusahaan tetap membagikan dividen kepada pemegang saham berupa dividen saham.